TEMPO.CO , Jakarta: Peneliti Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Indria Ferdina, mengatakan nama Munir akan resmi dijadikan nama jalan di Den Haag, Belanda. "Akhir tahun ini," ujarnya di kantor Kontras Jakarta, Selasa malam, 11 November 2014.
Indria mengatakan, sudah mendapat kepastian dari pemerintah Kota Den Haag akhir September lalu. "Saya bersama Suci (istri Munir) ke pemda Den Haag langsung menerima kabar ini," katanya. Surat tersebut diketahui dan disetujui oleh Jozia van Aartsen.(Baca: Hendropriyono Siap Diadili atas Kematian Munir)
Inisiatif Pemerintah Kota Den Haag, kata Indria, sudah datang sejak dua-tiga tahun lalu. Pada saat itu, Pemerintah Den Haag menghubungi Suciwati langsung. Indria mengatakan niatan tersebut disambut baik keluarga dan Kontras.
Di Den Haag, ujar Indria, nama Munir akan bersanding dengan nama-nama aktifis HAM dunia lain, seperti Martin Luther King dan Ibu Theressa. "Nama jalan di Komplek perumahan memang nama-nama aktifis HAM," katanya.
Ihwal tanggal pasti diresmikan, Indria mengaku tidak mengetahui. Tapi, Pemerintah Kota Den Haag, ujarnya, akan memberitahu dan mengundang Suciwaty jika sudah akan diresmikan. "Kami (Kontras) berharap diresmikan pada tanggal 8 Desember," katanya. 8 Desember adalah tanggal kelahiran Munir.
Indria justru mempertanyaan inisiatif Pemerintah Indonesia ihwal Munir. "Jangakan menjadikan nama jalan, kasusnya saja belum selesai," katanya.
Munir wafat di usia 38 tahun di atas pesawat Garuda Indonesia, dalam penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam pada 7 September 2004. Saat menjadi Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, ia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat. Ketika terbang ke Amsterdam, ia menjabat Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial dan bermaksud melanjutkan studi di Belanda.
Pada 20 Desember 2005, Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir. Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan, Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari yang terdaftar oleh agen intelijen senior.
ANDI RUSLI
Berita Lain
Obama Sapa Jokowi: 'Aku Ngantuk'
Akhirnya Iriana Widodo Tampil di APEC
Ahok: FPI Tak Cerminkan Islam Rahmatan lil alamin
Jokowi Cerita ke Obama Soal SD Menteng
Menteri Susi Ternyata Pernah Jadi Buronan Polisi