TEMPO.CO, Jakarta—Tidak semua orang bisa mendapatkan undangan Dewi Fashion Knights 2014. Ajang tahunan ini, selalu menjadi puncak perhelatan Jakarta Fashion Week setiap tahun. Mulai dari selebritas hingga sosialita, semuanya hadir dalam ajang ini. Majalah Dewi—salah satu produk majalah grup Femina—selalu menganugerahkan gelar Ksatria Mode kepada lima desainer terpilih setiap tahunnya.
Tribun wartawan pun dipastikan bakal penuh terisi. “Kapasitasnya kan hanya 50 orang. Sedangkan wartawan yang hadir, jumlahnya lebih dari itu,” kata Kepala Hubungan Masyarakat Jakarta Fashion Week 2015, Dalyanta Sembiring, kepada Tempo, Sabtu, 7 November 2014. Kata-kata Dalyanta benar. Sejam sebelum acara dimulai pada pukul 20.00 WIB, antrian penonton sudah penuh. Mereka yang memegang undangan reguler, serta pers yang menggunakan kartu identitas wartawan peliput dilarang untuk memasuki area lounge, tempat para sosialita dan selebriti menikmati tapas—penganan sesuapan pengganjal perut—serta wine dan vodka yang disuguhkan. (Baca juga: Koleksi Nakal Monstore Buka JFW 2015)
Lima desainer tahun ini, dipilih oleh panel juri yang terdiri dari Direktur Muda Pengembangan Editorial Femina Group Hidayat Jati, Chief Commercial Officer Plaza Indonesia Mia Egron, penyanyi Andien Aisyah, dan tim dari majalah Dewi dengan Ni Luh Sekar selaku Chief Community Officer. Mereka yang terpilih tahun ini yaitu, Priyo Oktaviano--yang menjadi pembuka DFK 2014--Vinora Ng, label busana muslim Nur Zahra, Auguste Soesastro, serta Sapto Djojokartiko.Priyo Oktaviano melalui label Priyo Oktaviano Couture menyuguhkan tema African Blu melalui koleksinya.
Ada panah dan bulu unggas yang terlihat menembus tulang hidung para peragawati. Tapi tenang saja, itu semua hanya ditempel demi kepentingan tampilan Afrika tadi. Sebenarnya, agak sulit untuk menemukan tema Afrika yang disebutkan oleh Priyo. Koleksi Priyo yang didominasi warna biru laut itu lebih mirip pakaian petualang Eskimo yang terdampar di Samudra Atlantik. Dia menggunakan material bulu untuk jaket, serta palet warna dan penggunaan denim dalam koleksi ini. Ada juga, motif lurik yang diproduksi dari Tulungagung.
Tepuk tangan riuh menyambut karya Priyo. Sebagian sosialita—yang mengenakan koleksi Gallore milik Priyo tahun lalu—memberikan karangan bunga pada sang desainer. Seusai acara, banyak dari pengunjung yang menyalaminya memberikan selamat. (Baca juga: Antiklimaks Tex Saverio di JFW 2015)
Empat hari setelah malam penganugerahan itu, dunia maya heboh dengan foto-foto yang menyandingkan koleksi Priyo dengan desainer Amerika Serikat Prabal Gurung. Sebanyak 16 koleksi African Blu milik Priyo disandingkan dengan koleksi Gurung yang muncul pada Februari 2014. Akun Instagram Nyinyirfashion beserta sejumlah blog mode menampilkan foto yang memperbandingkan dua rancangan desainer itu. Keduanya, memang memiliki siluet yang sangat mirip. Termasuk bentuk garis hem yang diterapkan pada bentuk gaun milik Priyo. Hanya warna koleksinya yang berbeda. Prabal menggunakan palet merah, sedangkan Priyo menggunakan warna biru.
Ramai menjadi pembicaraan, pada Rabu, 12 November 2014, majalah Dewi mengumumkan pengunduran diri Priyo dari DFK. “Pada 11 November 2014, Majalah Dewi menerima pengunduran diri Priyo Oktaviano sebagai salah satu desainer DFK 2014. Kami menghormati dan menghargai keputusan tersebut untuk kebaikan industri fashion Indonesia,” begitu bunyi pengumuman di laman daring Dewi. Soal tudingan plagiat, Priyo sendiri tidak mau banyak bicara. “Terima kasih mas. All the best,” kata dia singkat saat dihubungi oleh Tempo melalui pesan singkat.
Pengumuman itu juga tidak mencantumkan penjelasan yang memadai ihwal alasan pengunduran diri Priyo. Tudingan plagiarisme desain yang dilakukan oleh Priyo sebenarnya bukan hanya kali ini saja. Koleksi Priyo tahun lalu pada ajang yang sama, diduga menjiplak rumah mode Balmain. Jaket ataupun gaun dengan teknik tapis Lampung dengan garis emas dan warna merah di atas bahan hitam dalam koleksi Gallore—yang disebut oleh Priyo terinspirasi dari Istana Versailles di Prancis—dituding sebagai jiplakan Balmain. Tentu, perbedaan besarnya berada pada teknik yang digunakan oleh masing-masing. Begitu juga tahun ini, Priyo menggunakan material lurik dan bahan sheer—yang mirip lapisan gordyn—sebagai material koleksi bertajuk African Blu itu. (Baca juga: Baju Permata Ala Peggy Hartanto)
SUBKHAN
Berita Terkait:
Ardistia Dwiasri, Eksis di Negeri Heterogen
Mamita, Kisah Cinta Sang Matador Spanyol
Keindahan Penari Bedoyo di Mata Oscar Lawalata
Antiklimaks Tex Saverio di JFW 2015
Terpopuler:
Menteri Susi: Saya Beruntung DPR Kisruh
Rizieq: Dia Ajak Berunding, Kami Mau Ahok Turun
Terungkap, Artis yang Ditangkap BNN Berinisial VM
Pakaikan Mantel ke Istri Jinping, Putin Dikritik