TEMPO.CO , Jakarta- Minimnya rilis data-data ekonomi membuat dolar Amerika Serikat kembali melemah di pasar global. Dalam transaksi pasar uang Rabu, 12 Novmber 2014, rupiah menguat 27 poin (0,22 persen) ke level 12.195 per dolar Amerika Serikat. Rupiah menguat bersama mata uang Asia lainnya. (Baca: Pasar AS Libur, Rupiah Menguat 27 Poin).
Analis dari PT Monex Investindo Futures, Albertus Christian, mengatakan ekspektasi positif investor terhadap data neraca transaksi berjalan yang akan dirilis Bank Indonesia membuat rupiah menguat. Berdasarkan estimasi analis, rasio defisit transaksi berjalan pada kuartal ketiga yang akan membaik di kisaran 4 persen dari produk domestik bruto (PDB) dibanding kuartal sebelumnya di 4,6 persen PDB.
Menurut Albertus, meskipun neraca perdagangan masih menjadi penyumbang utama defisit transaksi berjalan, arus modal yang termasuk bentuk investasi portofolio diperkirakan meningkat. "Aliran dana dari stimulus bank sentral Jepang dan Eropa akan menggantikan peran stimulus bank sentral Amerika." (Baca juga: Ikuti Nikkei, IHSG Naik 27 Poin).
Selain menyempitnya defisit transaksi berjalan, pasar mengantisipasi pernyataan Bank Indonesia terkait kebijakan moneter dan suku bunga. Pasar menantikan respons dari bank sentral terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi ke level 5,01 persen dan bagaimana antisipasi kebijakan moneter menjelang kenaikan harga BBM dan ancaman inflasi.
Albertus memperkirakan, rupiah hari ini masih berpotensi menguat di kisaran 12.100-12.200 per dolar AS. Respons pasar terhadap pernyataan BI diperkirakan positif. "Sementara itu, suku bunga diperkirakan masih akan dipertahankan di 7,5 persen mengingat target inflasi tahunan masih di bawah target."
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Tiga Tokoh Ini Disoraki Penonton
Menteri Susi: Saya Beruntung DPR Kisruh
Rizieq: Dia Ajak Berunding, Kami Mau Ahok Turun