TEMPO.CO, Gresik - Ratusan karyawan PT Semen Indonesia (Persero) berdemonstrasi di depan pintu masuk pabrik pusat Semen Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Karyawan yang berasal dari pabrik Gresik dan Tuban itu menuntut Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Soetjipto mundur dari jabatannya.
Karyawan menganggap Dwi menghambur-hamburkan uang untuk pencitraan. "Kami menolak berbagai macam bentuk pencitraan Dirut untuk kepentingan pribadi," kata Ketua Serikat Karyawan Semen Indonesia (SKSI) Adityo Sugeng kepada wartawan, Jumat, 14 November 2014. (Baca berita lainnya: Ngajar, Direktur Semen Indonesia Tebar Beasiswa)
Baca Juga:
Menurut Adityo, pencitraan itu dilakukan dalam berbagai cara. Mereka menyoroti pemborosan duit buat penyelenggaraan acara gebyar tahun baru, pemberian penghargaan, dan selebrasi lainnya. Di sisi lain, Adityo menilai ada langkah efisiensi abal-abal, sehingga kesejahteraan karyawan berkurang. "Selamatkan aset bangsa, saatnya revolusi mental di PT SI," kata Adityo.
Demonstrasi ini adalah yang kedua, setelah yang pertama digelar pada 6 November 2014. Beberapa karyawan dengan posisi penting turut menjadi peserta aksi, antara lain, Kepala Departemen Aset Saifudin Zuhri, Kepala Corporate Communication Abimanyu, dan Kepala Hubungan Masyarakat Faiq Niyazi. "Sampai saat ini, direksi belum memberikan tanggapan, sehingga kami mencari cara untuk memperoleh perhatian," kata Faiq. (Baca: Semen Indonesia Bangun Universitas)
Corporate Secretary Semen Indonesia Agung Wiharto menyatakan menghargai sikap para karyawan yang melakukan unjuk rasa. Pihak manajemen, kata dia, memberi kelonggaran bagi mereka untuk berkumpul dan menyuarakan aspirasi. "Kami berharap ada diskusi dan titik temunya. Kami sudah mengirimkan surat kepada serikat untuk berdialog dengan kepala dingin," ujarnya.
Mengenai tuntutan agar Direktur Utama Dwi Sutjipto mundur dari jabatannya, Agung menyatakan ada prosedur yang harus dijalani. "Prosedur penurunan itu melalui rapat umum pemegang saham. Itu kewenangan pemegang saham," ujarnya. (Baca juga: Semen Indonesia Catat Laba Bersih Rp 5,37 Triliun)
Meski tak mengganggu produksi, Agung menuturkan, unjuk rasa tersebut sedikit-banyak berdampak bagi pergerakan saham dan citra perusahaannya. "Aksi ini pasti memiliki dampak. Tapi, saya rasa, jika kita melihat perusahaan sepuluh tahun terakhir, perkembangannya bagus. Memang penggabungan (holding) bukan sesuatu yang mudah," ucap Agung.
ARTIKA RACHMI FARMITA
Berita Terpopuler:
Malaysia Kuasai 3 Desa, Pemda Nunukan Pasrah
Kontras Laporkan FPI ke Komnas HAM
MUI Tak Setuju FPI Dibubarkan, Mengapa?
Ahok Didukung MUI Asal...
Ahok Dilantik, FPI Keluarkan Tiga Ancaman