TEMPO.CO, Jakarta - Robot Philae adalah wahana pertama ciptaan manusia yang berhasil mendarat di atas komet. Philae yang meluncur dari wahana induk Rosetta mendarat di komet Churyumov-Gerasimenko pada 12 November 2014. Para ilmuwan di Pusat Kendali Darmstadt, Jerman, telah menerima gambar-gambar awal yang dikirim Philae dan Rosetta seusai pendaratan. Namun mereka kini khawatir dengan kinerja Philae karena durasi baterainya terbatas. Pengisian ulang baterai Philae yang mengandalkan sinar matahari itu bakal seret karena posisinya terhalang tebing.
Lokasi pendaratan di tepi kawah itu meleset satu kilometer dari target semula yang berupa dataran. Ini terjadi karena harpun yang seharusnya menjadi jangkar Philae gagal ditembakkan. Philae pun sempat terpelanting menjauh dari komet sebelum akhirnya kembali mendarat. (Baca: Mendarat di Komet, Philae Sempat Mental Dua Kali)
Foto-foto yang dikirim Philae menunjukkan adanya struktur tembok material keras. Telemetri mengindikasikan Philae berada di lereng atau tepi kawah. Yang jelas, satu dari tiga kaki Philae tidak menyentuh permukaan komet. Posisi Philae di tempat ekstrem itu bisa diperbaiki jika sumber tenaganya memadai. Masalahnya, lokasi pendaratan saat ini tidak mendapat cukup banyak cahaya matahari untuk mengisi ulang baterai Philae.
Philae kini menerima sekitar 1,5 jam penyinaran setiap 12 jam durasi rotasi komet. Hal itu jelas tidak cukup untuk mengisi baterai robot sampai penuh. Kapasitas baterai utama yang sudah terisi penuh ketika meninggalkan Rosetta mulai menyusut. Robot itu diperkirakan hanya punya waktu 60 jam sebelum kehabisan energi. Jika hal itu terjadi, Philae diperkirakan berhenti beroperasi selepas Sabtu besok. “Estimasi kami saat ini wahana sanggup berfungsi antara Jumat siang hingga Sabtu siang,” kata Paolo Ferri, Kepala Operasi Badan Antariksa Eropa (ESA) di Darmstadt.
Namun kondisi kapasistas baterai Philae juga tergantung pada apa yang dikerjakannya. “Semakin banyak aktivitas yang dilakukannya, semakin banyak energi yang tersedot dan waktu yang tersisa semakin sedikit,” kata Ferri seperti ditulis BBC, 13 November 2014.
Para teknisi kini tengah mencari cara untuk mengubah posisi robot supaya panel suryanya bisa menerima lebih banyak cahaya. Beberapa opsi ekstrem sempat diutarakan termasuk menggunakan bagian robot yang bisa bergerak untuk membuat gerakan melompat. Trik itu diharap bisa membawa Philae keluar dari bayang-bayang tebing. (Baca: Rosetta Kirimkan Foto Pendaratan Philae di Komet)
Alat pengebor yang berfungsi untuk mencari sampel juga menjadi opsi untuk mengubah posisi Philae. Namun belum ada keputusan menjalankan operasi itu karena posisi Philae yang rawan. Kekuatan getaran bor bisa membuat posisi Philae makin tidak stabil. Jean-Pierre Bibring, wakil investigator utama misi pendaratan, mengatakan ala pengebor itu memiliki beberapa tipe pengoperasian. “Ya, kami ingin mengebor, tapi kami tak ingin melakukannya jika hasilnya menyebabkan misi ini berakhir,” kata Bibring. (Baca: Robot Philae Kumpulkan Sampel Tubuh Komet)
BBC | ESA | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Terpopuler:
Sulitnya Mendaratkan Robot Philae Di Komet
Ilmuwan Ungkap Kejanggalan Plot Film Interstellar
Lagi, Ikan Purba Tertangkap di Perairan Sulawesi
Siap-siap, Path Buka Kantor di Indonesia Awal 2015
Asus Zenfone 4S, Tangguh Berkat Chipset Intel