Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kampanye #JogjaAsat Diangkat ke Film Dokumenter  

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
sxc.hu
sxc.hu
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Dodo Putra Bangsa, warga kampung Miliran, Kecamatan Umbul Harjo, Kota Yogyakarta resah. Air sumur yang telah menghidupinya dan keluarganya sejak lahir 37 tahun lalu,  tiba-tiba asat (kering) Juli lalu. Itu baru kali pertama terjadi. Menurut Dodo, kekeringan itu terjadi usai Hotel Fave yang baru dibangun di daerah itu menyedot air tanah dalam untuk konsumsi kamar-kamar tamu hotelnya. Bukan menggunakan air PDAM. Air sumur di kampung yang menggunakan air tanah dangkal itu tandas. (Layanan Air Bersih Indonesia Masih Buruk)

Dengan air seujung ember yang tersisa, Dodo berkumur usai gosok gigi. Lalu dengan seember tanah, dia mengguyurkan ujung kepala hingga ujung kaki. Rambutnya yang gondrong itu pun kecokelatan penuh tanah. Aksi teatrikal berupa mandi dengan tanah itu sebagai protes terhadap ulah hotel-hotel penghisap air sumur warga sekitarnya. Ini sekaligus protes terhadap kebijakan wali kota yang memudahkan izin pembangunan hotel. Itulah salah satu adegan yang direkam jurnalis televisi yang dicuplik dalam film dokumenter berjudul Belakang Hotel itu.

Film itu digarap ramai-ramai dengan dana gugur gunung antara Watchdog, Combine, sejumlah jurnalis, juga Warga Berdaya yang menggerakkan #JogjaAsat. Proses pengambilan gambar hanya dilakukan sepekan lalu pada November di Miliran, Gowongan, Penumping, dan Kotagede. "Ide pembuatan film itu baru saja. Sedangkan, sekarang akan masuk penghujan. Biar tidak hilang momentum," kata Dandhy Dwi Laksono dari Watchdog yang menjadi produser, sutradara, sekaligus merangkap cameramen dalam film itu saat dihubungi Tempo, Ahad, 16 November 2014. (Krisis Air, Rebutan Air Berujung Saling Serang)

Tiga tempat pertama itu merupakan kawasan korban pembangunan hotel, apartemen yang menguras sumur warga. Sedangkan Kotagede menjadi daerah pembanding, bahwa sumur  penduduk yang berjauhan dengan hotel, tidak kering meski kemarau. "Ini untuk mematahkan asumsi Badan Lingkungan Hidup. Kalau mengeringnya sumur warga karena kemarau panjang," kata Dandhy.

Proses riset film sudah dilakukan sejumlah aktivis sejak gerakan @JogjaAsat bergulir. Dengan kata lain, proses pembuatan film itu setelah #JogjaAsat gencar dikampanyekan. Hasil riset menunjukkan, satu kamar hotel menghabiskan 380 liter per hari. Satu kamar hanya dihuni paling tidak dua orang tamu. Sedangkan, satu rumah tangga hanya menghabiskan air 300 liter per hari. Rumah tangga itu berisi lebih dari dua orang. "Di Miliran, satu sumur itu digunakan warga beramai-ramai," kata Dodo. (Ahli Geologi: Muka Air Tanah Yogyakarta Terus Turun)

Di kampung ini, satu rukun tangga (RT) dihuni 68 kepala keluarga. Dalam satu RT ada 48 sumur. Usai pembangunan Hotel Fave, sebanyak 36 sumur kering sehingga warga menyuntiknya. Sedangkan 12 sumur surut drastis dan airnya keruh. "Setelah hotel itu disegel oleh Dinas Perizinan Kota pada 1 September lalu, sepekan kemudian air normal," kata Dodo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fakta itu sekaligus memperkuat, bahwa kemarau panjang bukan menjadi kambing hitam sumur warga asat. Film yang tengah dalam proses editing itu, rencananya akan berdurasi sepanjang 30 menit. Pekan depan, Dandhy dan kawan-kawannya akan memutarnya dengan berkeliling dari kampung ke kampung. "Seperti layar tancap. Kami tayangkan, misalnya di tembok rumah warga atau tembok masjid. Biar banyak warga ikut menonton," kata Dandhy.

Usai menonton film, ahli geologi yang didatangkan akan mengajak berdiskusi. Harapannya, ada pesan-pesan kampanye dan edukasi tentang perlindungan air.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita lainnya:
Ini Profil Mahasiswi yang Nyabu Bareng Dosen Unhas
Diplomasi Blak-blakan Jokowi Jadi Perhatian Dunia

Ini Kesepakatan Kubu Jokowi-Prabowo Soal UU MD3
Jokowi Kenalkan Blusukan di Forum G-20
Ical: Jangan Kaget Istri Saya Maju Ketum Golkar


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

1 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

38 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

42 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

46 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.


Libur Nataru, Yogyakarta Targetkan Dulang 800 Ribu Wisatawan

6 Desember 2023

Kawasan Tebing Breksi, Sleman, jadi andalan destinasi wisata akhir pekan. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Libur Nataru, Yogyakarta Targetkan Dulang 800 Ribu Wisatawan

Puncak kunjungan wisatawan di destinasi wisata Yogyakarta setiap tahunnya terjadi pada Juni, Juli, dan Desember.