TEMPO.CO, Jakarta - Budaya manusia sangat bervariasi. Keragaman tersebut dicirikan oleh perbedaan agama, pakaian, dan kebiasaan sosial. Begitu pun simpanse, yang acap kali diklaim sebagai kerabat dekat manusia, memiliki keragaman antara satu kelompok dan kelompok lain. Namun, keluarga kera ini ternyata tak tertarik untuk belajar antara satu sama lain.
Sebuah studi baru mengungkap keberagaman kelompok simpanse tersebut. “Tiap satu kelompok memiliki ciri sendiri,” kata Edwin van Leeuwen, mahasiswa doktoral sekaligus peneliti psikolinguistik dari Max Planck Institute di Jerman, seperti dikutip dari Livescience, Senin, 17 November 2014.
Leeuwen mengatakan simpanse hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Antara satu kelompok dan kelompok lain, dia menambahkan, saling berdekatan. Namun, tak ada kesamaan budaya antara beberapa kelompok tersebut.
Pada 2012 lalu, Leeuwen telah mengamati tiga kelompok simpanse di Tai National Park di Pantai Gading. Dalam pengamatannya, dia melihat tiga “suku” simpanse menggunakan teknik berbeda dalam membuka kacang. Meski terjadi perkawinan silang antara tiga kelompok simpanse tersebut, menurut Leeuwen, tetap terjadi pewarisan budaya yang berbeda di masing-masing kelompok tersebut.
Teknik “membuka kacang” milik simpanse memang tidak serumit perbedaan di manusia. Manusia, kata Leeuwen, memang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kerumitan seperti itu.