Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ketika Geger Melanda Acara Puncak JFW 2015

image-gnews
Model memperagakan busana koleksi Lekat pada hari terakhir pekan mode Jakarta Fashion Week 2015 di Fashion Tent Senayan City, Jakarta, Jumat 6 November 2014. TEMPO/Nurdiansah
Model memperagakan busana koleksi Lekat pada hari terakhir pekan mode Jakarta Fashion Week 2015 di Fashion Tent Senayan City, Jakarta, Jumat 6 November 2014. TEMPO/Nurdiansah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Desainer Priyo Oktaviano masih sibuk mengobrol dan meneguk sampanye Moet Chandon selepas pergelaran pamungkas Jakarta Fashion Week 2015, Jumat, 7 November lalu. “Destinasinya Afrika,” kata Priyo saat ditanya ihwal inspirasi koleksinya malam itu. Priyo baru saja kembali dinobatkan sebagai satu dari lima kesatria mode dalam acara prestisius Dewi Fashion Knights (DFK(. (Baca: Tragedi Ksatria Mode)

DFK 2014 mengambil tema perjalanan ke lima penjuru dunia sebagai benang merah koleksi para kesatria mode. Priyo terpilih bersama desainer Auguste Soesastro, Sapto Djojokartiko, label busana muslim Nur Zahra, dan desainer muda Vinora Ng. Priyo adalah langganan pemegang gelar itu. Selain tahun ini, dia pernah menjadi kesatria mode versi majalah Dewi pada 2010 dan 2013.

African Blu milik Priyo sebenarnya tidak tampak seperti terinspirasi oleh Afrika. Dia lebih terlihat seperti gadis-gadis Eskimo yang mengarungi Samudra Atlantik, lengkap dengan bulu unggas dan panah yang menancap di hidung. Sehari setelah pesta usai, empat foto dari koleksi African Blu di akun Instagram nyinyirfashion membuat geger jagat mode.

Akun ini kerap menjadi pembicaraan di kalangan penggemar mode karena sering menyandingkan gambar-gambar karya para desainer lokal dengan desainer mancanegara. Secara visual, nyinyirfashion memancing kita untuk melihat kesamaan di antara karya para desainer yang disandingkan. Akun anonim itu tidak menyatakan bahwa ada plagiarisme di balik kesamaan itu. Tapi kita akan paham maksud penyandingan tersebut saat melihatnya.

Baca Juga:

Karya desainer legendaris Biyan hingga desainer muda Felicia Budi pernah dibandingkan dengan berbagai karya desainer luar negeri. Tidak melulu desainer Indonesia yang “dituduh” menjiplak karya desainer luar. Kadang yang terjadi justru sebaliknya: koleksi desainer luar negeri mirip dengan karya desainer Indonesia yang dikeluarkan lebih dulu. (Baca: Dituding Plagiat, Ini Kata Priyo Oktaviano)

Kegegeran pekan lalu terjadi karena nyinyirfashion menampilkan 16 karya Priyo Oktaviano dari perhelatan DFK yang amat mirip dengan 16 karya desainer Amerika Serikat keturunan Nepal, Prabal Gurung. Tidak perlu mata penggila mode yang jeli untuk mengetahui kemiripan desain African Blu milik Priyo dan koleksi musim gugur Prabal Gurung, yang diluncurkan Februari lalu.

Permainan garis hem dan siluet pakaian terlihat sangat identik. Hanya warna dan permainan aplikasi yang membedakan keduanya. Sementara Prabal—desainer yang lahir di Singapura—menggunakan palet warna merah, Priyo justru menggunakan warna biru. Begitu juga pada material yang digunakan. Priyo memakai lurik sebagai aksen serta bahan sheer yang mirip dengan tirai pada bagian rok karyanya. (Baca: )

Empat hari setelah foto itu mulai menyebar dan menjadi bahan perbincangan, Dewi mengumumkan pengunduran diri Priyo sebagai salah satu desainer DFK. “Dengan pengunduran diri Priyo, yang bersangkutan dan karyanya bukan lagi menjadi bagian Dewi Fashion Knights 2014,” kata Chief Community Officer Dewi, Ni Luh Sekar, dalam surat elektronik kepada Tempo.

“Pengunduran diri Priyo Oktaviano baik untuk industri fashion pada umumnya dan DFK pada khususnya. Kita juga bisa melihat kronologi peristiwa seputar masalah ini,” demikian keterangan tertulis Ni Luh. Dia juga menyatakan Dewi sempat mendatangi Priyo sebelum keputusan mundur itu akhirnya diambil.

Ihwal masalah kurasi, Ni Luh juga mengatakan pihaknya selalu memantau karya lima desainer sejak awal terpilih. “Desainer melakukan presentasi konsep, termasuk sketsa dan moodboard, yang biasanya menyinggung sumber inspirasi dan referensi,” ujarnya. Ni Luh menyatakan Dewi juga memantau perkembangan karya para desainer dalam proses kreatif mereka. (Baca: Desainer Priyo Oktaviano Dituding Menjiplak)

“Sampai pada tahap itu, kami tidak melihat indikasi akan adanya persoalan dalam koleksi semua desainer DFK,” kata Ni Luh. DFK dan Jakarta Fashion Week, kata Ni Luh, sangat menentang plagiarisme.

Priyo sendiri tidak mau banyak berkomentar tentang pengunduran dirinya. “Ini sudah menjadi keputusan saya, mengundurkan diri dari DFK,” katanya melalui pesan pendek kepada Tempo. Saat ditanya lebih jauh tentang tuduhan penjiplakan, dia hanya menjawab singkat: “Terima kasih, Mas. All the best.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ini bukan kali pertama dunia mode Indonesia geger oleh isu plagiarisme. Sebelumnya, desainer muda Patrick Owen juga pernah diterpa isu serupa. Dia dinilai meniru karya Givenchy oleh salah seorang jurnalis mode senior. Tulisan yang memantik reaksi itu kemudian tidak lagi bisa diakses, bahkan dihapus. Tapi ada foto salah satu koleksi Patrick Owen yang juga dimuat di akun Instagram nyinyirfashion. Patrick membantah dugaan bahwa dia meniru Givenchy.

“Kami sama sekali tidak ada niatan ke arah sana,” katanya saat ditemui di JFW 2015, pekan lalu. Dia berkeras tidak meniru karya desainer mana pun.

Tanpa menyinggung soal plagiarisme, perancang Oscar Lawalata menyatakan dunia mode Indonesia membutuhkan badan pengatur yang mumpuni.

“Kita butuh satu badan yang mengatur soal mode. Bagaimana dan seperti apa seharusnya mode Indonesia itu,” ujarnya.

Mungkin, melalui badan seperti ini, masalah tuduhan plagiarisme bisa diselesaikan. Badan ini bisa memberi sanksi jika desainer tertentu benar-benar melakukan plagiarisme, atau membersihkan nama sang desainer dari tuduhan jika tak melakukannya. (Baca: Koleksi Hero Priyo Oktaviano di IFW)

SUBKHAN

Terpopuler
Kopi Kolombia, Pilihan Menu Baru Minum Kopi 
Begini Cara Terapi Target untuk Kanker Bekerja 
Desember, Uji Klinis Terapi Ebola Pertama 
Bogor Organic Fair Akan Digelar di Sempur
Naomi Watts Duta Kecantikan untuk L'Oreal Paris  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dhoho Street Fashion, Membangkitkan Raja Jayabaya dengan Tenun

6 Desember 2019

Model memeragakan karya desainer ternama di Dhoho Street Fashion, Kediri, Jawa Timur. (dok. Istimewa)
Dhoho Street Fashion, Membangkitkan Raja Jayabaya dengan Tenun

Sejumlah desainer profesional memamerkan busana berbahan tenun ikat di ajang Dhoho Street Fashion atau DSF 2019