TEMPO.CO, Jakarta — Majalah Dewi menyatakan sangat menentang aksi plagiat di dunia mode Indonesia. Kepada Tempo, Chief Community Officer Majalah Dewi Ni Luh Sekar mengatakan sikapnya soal aksi plagiat. “Dewi dan Jakarta Fashion Week sangat menentang plagiarisme,” ujar Ni Luh kepada Tempo melalui surat elektroniknya, Kamis, 13 November 2014. (Baca: Desainer Priyo Oktaviano Dituding Menjiplak)
Isu plagiarisme sebelumnya sempat mencuat sejak peluncuran koleksi African Blu milik desainer Priyo Oktaviano di acara Dewi Fashion Knights yang diprakarsai oleh majalah ini pada penutup Jakarta Fashion Week 2015. Koleksi pakaian milik Priyo terlihat sangat mirip dengan karya desainer Amerika Serikat keturunan Nepal, Prabal Gurung. Akun Twitter resmi Prabal Gurung sendiri sudah merespons tudingan ini dengan me-retweet sebuah tulisan di laman situs The Fashion Law asal Amerika Serikat. Situs itu menampilkan foto 16 koleksi Prabal yang dibandingkan dengan African Blu milik Priyo.
Menjawab tudingan ini, Priyo Oktaviano enggan berbicara. “Terima kasih mas. All the best,” kata Priyo saat dikonfirmasi. Priyo hanya mengatakan dirinya memang sengaja mundur dari ajang DFK pada 11 November 2014 lalu meskipun sudah menampilkan karyanya. “Ini sudah menjadi keputusan saya, mengundurkan diri dari DFK,” katanya melalui pesan pendek kepada Tempo. (Baca: Tragedi Ksatria Mode)
Tudingan plagiat terhadap Priyo sebenarnya tidak muncul kali ini saja. Tahun lalu, dia misalkan diduga membuat koleksi yang mirip dengan koleksi rumah mode Balmain. Akun Instagram nyinyirfashion bahkan menyandingkan foto salah satu koleksi jaket milik Priyo yang memang mirip dengan rumah mode Balenciaga. (Baca: Ketika Geger Melanda Acara Puncak JFW 2015)
Soal dugaan kemiripan tersebut majalah Dewi juga menjawab pertanyaan Tempo. “Kami mengerti bahwa dalam fashion seorang desainer bisa terinspirasi atau melakukan homage terhadap desainer lain, biasanya terhadap nama-nama besar di masa lalu,” ujar dia. (Baca: Ini Penjelasan Majalah Dewi Soal Priyo Oktaviano)
“Seseorang desainer bisa juga mengikuti tren yang dipimpin atau diciptakan oleh desainer lain yang begitu kuat. Tentu ini berbeda dengan plagiarisme,” kata Ni Luh. Dia menilai ada perbedaan besar antara 'terinspirasi' dengan 'plagiasi'.
“Karena itu ada karya yang terinsiprasi oleh desainer lain, ada karya yang disebut homage, dan ada hasil penjiplakan,” kata dia. Pihaknya, kata Ni Luh sudah mewanti-wanti para desainer sejak awal tahapan DFK. “Yang penting secara eksplisit kami katakan kepada semua desainer DFK untuk tidak melakukan plagiarisme.” (Baca: Dituding Plagiat, Ini Kata Priyo Oktaviano)
SUBKHAN
Terpopuler
Kopi Kolombia, Pilihan Menu Baru Minum Kopi
Begini Cara Terapi Target untuk Kanker Bekerja
Desember, Uji Klinis Terapi Ebola Pertama
Bogor Organic Fair Akan Digelar di Sempur
Naomi Watts Duta Kecantikan untuk L'Oreal Paris