TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan botol sake berukuran lebih besar dari botol bir itu tersusun rapi di rak kayu. Sebotol minuman yang pertama kali diproduksi pada periode Nara (abad ke-8 Masehi) di Jepang ini rata-rata dilabeli dengan harga jutaan rupiah. Adalah gerai Sake + di Jalan Senopati, Jakarta Selatan, yang memiliki ratusan botol sake itu.
Manajemen gerai sake yang beroperasi sejak Juli tapi baru diresmikan pada September itu sebenarnya sempat pesimistis. "Tadinya kami tidak yakin sake akan laku. Itu sebabnya gerai Sake + dibuat kecil saja," kata Manajer Operasional Sake + Sherly Wiraatmaja, Ahad lalu. Namun Sake + kini sanggup menjual lebih dari 1.000 botol per bulan. Bahkan, saat ditemui Tempo, Sherly tengah menyiapkan 200 kemasan sake pesanan untuk acara peluncuran mobil mewah pekan ini.
Sake + sebenarnya tak melulu menjual minuman fermentasi beras asal Jepang itu. Gerai dengan dua lantai ini juga asyik untuk dijadikan tempat nongkrong. Tentu konsep yang diusung adalah izakaya dan robatayaki. Izakaya merujuk pada tempat nongkrong untuk minum sake sambil mengudap makanan yang populer di kalangan laki-laki. Sedangkan robatayaki adalah menu bakar ala Jepang dengan cara memanggang memakai arang.
Pilihan menu robata memang paling cocok sebagai teman minum sake. Terutama jenis sake yang dikategorikan sebagai dry sake alias sake yang sangat kental. Sake jenis ini biasanya memiliki aroma dan rasa yang kuat dari tekstur beras yang digunakan.