TEMPO.CO, Yogyakarta - Warga berharap pemerintah Presiden Joko Widodo tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi lagi pada masa mendatang.
"Semoga ini yang pertama dan terakhir," kata Andi Chaniago, 42 tahun, warga Kampung Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta, Selasa, 18 November 2014. (Harga BBM Naik, JK Hubungi Ical dan SBY)
"Biar masyarakat kecil bisa napas," ia menambahkan. Andi mengaku sedikit lega karena angka kenaikan Rp 2.000 per liter, bukan Rp 3.000 seperti banyak diberitakan media massa. "Hebohnya di berita kan bensin akan naik sekitar Rp 3.000 liter. Ini hanya terealisasi Rp 2.000 per liter," kata pedagang baju di kawasan Jalan Malioboro ini. (Harga Premium Kini Rp 8.500, Solar Rp 7.500)
Meski tak kaget dengan kenaikan harga yang diumumkan Presiden Joko Widodo pada Senin malam, 17 November 2014, toh, Andi ikut-ikutan antre di stasiun pengisian bahan bakar umum menjelang kenaikan harga. "Terpaksa ikut mengantre karena besok harus mengantar anak ke sekolah, dan di pedagang eceran juga mulai susah dicari," ujarnya beralasan.
Warga Yogya lain, Dian Saputra, 23 tahun, hanya bisa pasrah. Ia mengkhawatirkan dampak kenaikan harga bensin dan solar bersubsidi ini. "Biaya hidup pasti lebih besar, karena semua harga ikut naik," kata pegawai percetakan dan sablon asal Kampung Sonosewu ini.
PRIBADI WICAKSONO
Terpopuler:
Islah DPR, Pramono Anung Sindir Fadli Zon
Jadi Menteri Jokowi, Mengapa Susi Lapor Mega?
Jokowi Jadi Koki, Benarkah Australia Menghina?
Kesamaan Skandal Sabu Profesor Unhas dan Tessy
Harga Premium Kini Rp 8.500, Solar Rp 7.500