TEMPO.CO, Yogyakarta - Para perajin tahu tempe yang tergabung dalam Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menyesuaikan harga jual produ mereka akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. “Untuk kenaikan harga BBM saat ini, kurang relevan kalau hanya ditempuh dengan mengurangi ukuran. Itu tidak memberi efek (keuntungan)," kata Ketua Kopti Gunungkidul Tri Harjono kepada Tempo, Selasa, 18 November 2014.
Mulai hari ini, pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter. Dengan begitu, harga Premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500, dan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500. (Baca: Jokowi: Harga BBM Naik Rp 2.000 Per Liter)
Menurut Tri, harga tahu-tempe akan naik sekitar 30 persen, atau menyesuaikan dengan kenaikan harga BBM bersubsidi. "Karena dari sisi beban produksi dan distribusi jelas terimbas. Mau tak mau, kami harus lakukan penyesuaian harga, bukan kurangi ukuran," kata Tri. (Baca: Harga BBM Naik, Tarif Angkutan Diimbau Tak Naik)
Kopti Gunungkidul belum bisa menentukan kapan kenaikan harga tahu-tempe akan diberlakukan. Mereka masih menghitung berbagai faktor yang berpotensi mempengaruhi biaya produksi. "Seperti perubahan biaya transportasi dan kemasan, harus kami hitung agar tak salah harga," katanya.
Organisasi non-pemerintah Mercy Corps Indonesia yang selama ini turut mendampingi perajin Kopti Gunungkidul meminta para perajin melakukan efisiensi produksi setelah harga BBM bersubsidi naik.
"Mau tak mau, perajin harus lebih efisien melalui upgrade cara produksi dan teknologi agar tak terlalu merugi akibat kenaikan harga BBM," kata Manajer Program Bidang Mercy Corps Indonesia Muhammad Ridho kepada Tempo. Efisiensi bisa ditempuh, misalnya, dengan mengganti alat produksi penggilingan kedelai yang masih konvensional.
PRIBADI WICAKSONO
Berita lain:
Teman Nyabu Profesor Unhas, Clubbing dan Tato
Ahok Didoakan Jadi Mualaf di Muktamar Muhammadiyah
Pujian ke Ahok: Lebih Islami ketimbang Muslim