TEMPO.CO , Jakarta: Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar Rp 2.000 untuk jenis solar dan premium. Menurut ekonom Bank Central Asia, David Sumual, dalam rentang akhir 2014 kenaikan inflasi bertengger pada angka 7,5 persen. "Dampak ini akan terasa selama 3 bulan ke depan," ujarnya kepada Tempo, Senin malam, 17 November 2014. (Baca: Nurul Arifin: Harga Dunia Turun, Kok BBM Kita Naik)
Meski begitu, inflasi akan bisa turun, namun bertahan dalam jejang 6,5-8,5 persen. Itupun, ujar David, dengan catatan tidak ada lagi kenaikan harga BBM pada 2015. "Saat ini, harga minyak dunia US$ 80 per barel. Normalnya harga minyak ada di US$ 80-100 per barel. Kalau naik lagi, bukan tidak mungkin inflasi akan naik tajam," katanya. (Baca: Jokowi: Harga BBM Naik Rp 2.000 Per Liter)
David memperkirakan kenaikan harga BBM ini hanya akan berpengaruh terhadap berkurangnya daya beli masyarakat. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi 2015, kenaikan harga BBM tidak akan berpengaruh besar. "Dampak kenaikannya hanya pada tahun ini 2014 saja," kata David. (Baca: Menkeu: Harga BBM Naik Minimal Rp 2.000 Per Liter)
Adapun dalam mengukur dampak lainnya, seperti sektor penjualan, layaknya konsumtif dan otomotif, memang akan mengalami penurunan, namun trennya tidak akan lama. Sedangkan terhadap angka kemiskinan, David mengatakan, tidak akan berpengaruh besar. "Kenaikan angka kemiskinan bakal minim," katanya.
Presiden Joko Widodo mengumumkan langsung kenaikan harga bahan bakar minyak jenis premium dan solar sebesar Rp 2.000 per liter. Harga premium yang sebelumnya Rp 6.500 per liter menjadi Rp 8.500 per liter. Adapun pengalihan subsidi tersebut diklaim akan masuk ke dalam dana sosial dan peningkatan anggaran belanja agar lebih efektif.
TRI SUSANTO SETIAWAN
Berita Terpopuler
Kata Romo Benny Soal Muslim AS yang Salat di Katedral
SBY Minta Kader Demokrat Loyal ke Jokowi
Pertama Kali, Muslim Amerika Jumatan di Katedral
Menteri Susi Akui Dipilih Jokowi karena Gila
Bagaimana Kubu Prabowo Hadang Ahok di DKI?