TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Barack Obama memastikan tidak akan mengirimkan pasukan darat dalam pertempuran dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah dan Irak. Pernyataan itu dibuat setelah ISIS merilis video pembunuhan relawan AS, Peter Kassig, kemarin. (Baca: Peter Kassig, Relawan AS yang Dibunuh ISIS)
"Keputusan ini bisa diubah jika ISIS memiliki senjata nuklir. Jika begitu, kami akan menjalankan operasi militer darat untuk merebut senjata itu dari tangan mereka. Saya akan memberikan perintah langsung," kata Obama, seperti dilaporkan Fox News, Ahad, 16 November 2014.
Sementara itu, para pengamat tidak yakin ISIS memiliki atau mendapatkan senjata nuklir dalam suasana konflik seperti ini. Namun pernyataan Obama tentang senjata nuklir itu adalah "garis merah" baru yang penting.
Adapun Jenderal Martin Dempsey, ketua dan kepala staf gabungan dan penasihat militer top di AS, selalu membuka kesempatan mengerahkan pasukan darat sejak operasi militer anti-ISIS dimulai. Namun ia belum berani merekomendasikan hal ini. (Baca: Perangi ISIS, AS Tambah 1.500 Tentara ke Irak)
"Kami masih mempertimbangkan, apakah perlu mengerahkan pasukan di garis depan untuk bertempur melawan ISIS di Irak dan Suriah. Pernyataan Presiden Obama juga sudah sangat jelas, dan dia menolak cara itu," kata Dempsey.
Sejak aksi ISIS makin merajalela awal tahun ini, Obama sudah tiga kali mengecam serangan kelompok militan itu. Namun sepertinya peringatan itu diabaikan dan teror terus dilakukan.
RINDU P. HESTYA | FOX NEWS
Berita Lain:
Jokowi Jadi Koki, Benarkah Australia Menghina?
ISIS Rilis Lagi Video Pemenggalan Warga AS
Berebut Duit, WNI Ini Divonis di Singapura