TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengemudi angkutan umum, seperti mikrolet dan bus kota, merespons kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dengan menaikkan ongkos mulai hari ini, Selasa, 18 November 2014. Para sopir angkutan umum rata-rata menaikkan tarif Rp 1.000 rupiah.
Berdasarkan pantauan Tempo di sejumlah lokasi di Jakarta, sopir Metro Mini dan Kopaja kompak menaikkan tarif dari Rp 3.000 menjadi Rp 4.000 untuk sekali jalan. Yusuf, 42 tahun, pengemudi Metro Mini P10 jurusan Senen-Sunter, mengatakan kenaikan ini merupakan inisiatif para sopir.
"Belum ada pengumuman dari Organda kenaikan resminya berapa, tapi kalau pakai ongkos lama, bisa tekor," katanya saat ditemui di Terminal Senen, Selasa pagi. "Penumpang harap pengertiannya saja." (Baca: Alasan BEM FEUI Dukung Kenaikan BBM)
Pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Harga solar yang semula Rp 5.500 naik menjadi Rp 7.500. Sedangkan harga BBM jenis Premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500. Semakin mahalnya harga BBM bersubsidi ini membuat biaya operasional angkutan umum menjadi kian tinggi.
"Sebelum harga solar naik, dalam sehari saya narik, bisa habis uang Rp 1.00 ribuan buat beli solar," kata Yusuf. Padahal, dia mengaku, pendapatan dari menarik ongkos penumpang dalam sehari jarang lebih dari Rp 200.000. "Itu saja saya cuma dapat bersihnya sekitar Rp 20 ribu buat sendiri."
Kondisi serupa dialami para pengemudi angkutan mikrolet. Mereka terpukul dengan naiknya harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000 rupiah. "Yang mobilnya pakai solar atau pakai bensin sama-sama keberatan, karena naiknya besar," ucap Harris, 35 tahun, pengemudi mikrolet M01 Senen-Kampung Melayu. "Sementara ini kami naikkan ongkos Rp 1.000 sampai ada keputusan resmi."
Menurut Harris, pengemudi mikrolet lebih susah mendapat penumpang dengan naiknya harga BBM bersubsidi karena sebelum kenaikan pun mereka kekurangan penumpang. "Tahu sendiri, sekarang orang lebih pilih naik motor, di jalur kami juga ada busway, banyak yang pindah ke sana, makin sepilah penumpang kami."
Gara-gara sepi penumpang dan harga bensin serta solar semakin mahal, pengemudi mikrolet harus mengetem lebih lama agar penumpangnya penuh. "Kalau kosong tapi jalan, ya, buang-buang bensin. Makanya harus penuh dulu, baru jalan."
PRAGA UTAMA
Berita Terpopuler:
Islah DPR, Pramono Anung Sindir Fadli Zon
Fahri Hamzah Ingin DPR Tetap Berkelahi
Jokowi Setuju Lantik Ahok|
Harga BBM Naik, JK Hubungi Ical dan SBY