TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina (Persero) Hanung Budya mengatakan akan menambah impor bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax sebanyak tiga kargo atau seitar 600 ribu barel. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan konsumsi Pertamax setelah harga BBM bersubsidi naik. "Impor ini untuk menjaga stok bulan Desember," ujar Hanung.
Saat ini, tutur Hanung, Pertamina masih mengimpor Pertamax sebanyak tiga kargo. Penambahan itu untuk mengantisipasi kenaikan konsumsi yang diprediksi mencapai empat kali lipat dalam dua-tiga bulan ke depan. Kenaikan konsumsi Pertamax disebabkan oleh menipisnya selisih harga antara BBM bersubsidi dan nonsubsidi. (Baca: Pertamina Siapkan Pasokan BBM Tambahan)
Hanung memperkirakan terjadi perpindahan konsumsi dari Premium ke Pertamax. Saat ini, kata dia, stok Pertamax cukup untuk 40 hari dengan asumsi konsumsi harian sebanyak 2.500 kiloliter. Namun, dalam tiga bulan, konsumsinya bisa meningkat jadi 10 ribu kiloliter.
Pada Senin malam, 17 November 2014, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi. Harga Premium yang semula Rp 6.500 naik menjadi Rp 8.500 per liter, dan solar dari Rp 5.500 jadi Rp 7.500 per liter. Dengan demikian, selisih harga Pertamax dengan Premium menipis, dari sekitar Rp 3.000 menjadi Rp 1.000 per liter. (Baca juga: Harga BBM Naik, Mobil Apa yang Bakal Laris ?)
KHAIRUL ANAM
Berita Terpopuler
Beda Jokowi dan SBY dalam Umumkan Kenaikan BBM
Di Negara Ini Harga BBM Turun Tapi Tetap Mahal
BEM Indonesia Akan Turunkan Jokowi