TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Presidum Indonesia Police Watch Neta S. Pane mengatakan bentrok antara aparat TNI dan Brimob yang terjadi di Batam, Kepulauan Riau, Rabu, 19 November 2014, disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut dia, ada tiga faktor utama yang menyebabkan pecahnya bentrokan itu.
"Pertama, tidak terkendalinya aksi sokong-menyokong yang dilakukan kedua institusi itu," kata Neta saat dihubungi, Kamis, 20 November 2014. "Di Batam, kedua institusi penegak hukum itu dikenal dalam praktek menyokong bisnis ilegal maupun legal." (Baca: Batam Masih Mencekam Pascabentrok TNI Vs Polri)
Akibatnya, kata Neta, kecemburuan itu muncul lantaran persaingan membekingi yang tidak terkendali. Kemudian yang kedua, dua institusi itu menyimpan dendam akibat bentrokan yang terjadi sebelumnya, yaitu pada 21 September 2014, dan menyebabkan beberapa anggota Batalyon 134-Tuah Sakti terluka. (Baca: Bentrok TNI Vs Polri di Batam, Warga Jadi Tameng)
Faktor terakhir adalah akibat tidak adanya proses hukum yang jelas setelah bentrok antara TNI dan Polri pada September lalu. "Sehingga masing-masing institusi saling tuding dan pecahlah bentrokan lagi."
Sebelumnya, terjadi baku tembak antara anggota TNI Angkatan Darat dan Brimob di Markas Komando Brimob, Batam, Kepulauan Riau. Akibatnya, satu orang terluka dari pihak TNI. (Baca: Kronologi Baku Tembak TNI Vs Polri di Batam)
Bentrok antara TNI dan Brimob itu bermula saat dua anggota Yonif 134 bertemu dua anggota Brimob saat sedang sama-sama mengisi bahan bakar. Saling lirik, pertemuan itu pun berakhir dengan cekcok.
Dua anggota TNI yang merasa tidak senang pun mengajak sekitar 30 rekannya untuk menyerang Markas Brimob. Dua ruangan di Markas Brimob hancur akibat serangan itu. Letusan senjata pun terdengar sejak pukul 20.00 WIB hingga sekitar pukul 22.30 WIB.
REZA ADITYA
Berita Lain
Ruhut: Lawan Jokowi, DPR Gantung Diri
Cerita Tes Keperawanan yang Bikin Polwan Pingsan
Harga BBM Naik, Ini Skenario Nasib Jokowi
Kronologi Baku Tembak TNI Vs Polri di Batam