Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tikus Putih Tak Akurat untuk Percobaan  

image-gnews
Chen Yuxiang, 22 tahun, memberi makan tikus kepada ular piton peliharaannya dalam festival musim semi di Wuhan, Hubei, Cina, Selasa (29/1). piton di atas kepalanya dalam festival musim semi di Wuhan, Hubei, Cina, Selasa (29/1). Chen memelihara seekor ular piton Burma sebagai peliharaan di rumahnya. REUTERS/Darley Shen
Chen Yuxiang, 22 tahun, memberi makan tikus kepada ular piton peliharaannya dalam festival musim semi di Wuhan, Hubei, Cina, Selasa (29/1). piton di atas kepalanya dalam festival musim semi di Wuhan, Hubei, Cina, Selasa (29/1). Chen memelihara seekor ular piton Burma sebagai peliharaan di rumahnya. REUTERS/Darley Shen
Iklan

TEMPO.CO, San Diego - Penasaran kenapa hasil penelitian obat baru yang sudah diujicobakan kepada hewan ternyata gagal diterapkan terhadap manusia? Jawabannya ada dalam kajian terbaru Universitas California, San Diego, Amerika Serikat.

"Asumsi bahwa apa pun yang ditemukan pada tikus akan mirip dengan apa yang ada pada manusia tidak sepenuhnya benar," ujar Profesor Bing Ren dari Universitas California seperti yang ditulis The Telegraph. (Bedah Implan Bikin Tikus Bisa Deteksi X-Ray)

Bing menjelaskan ada beberapa gen kunci pada tikus yang berfungsi sangat berbeda dengan manusia. Perbedaan fungsi itu tidak acak, melainkan berpola seperti gen yang mengendalikan sistem imun. Penelitian yang dipublikasikan dalan jurnal Nature ini menunjukkan kemiripan genetika tikus putih dan manusia hanya 50 persen. Berbeda dengan simpanse dan manusia yang mencapai 96 persen.

Peneliti menganalisis seratus macam tipe sel dan jaringan tikus putih di area otak, jantung, darah, ginjal, hati, dan kulit. Mereka menemukan, pada beberapa kasus, responsnya berkembang amat berbeda. Misal, aktivitas genetika pada otak tikus ternyata lebih mirip dengan yang ada pada saluran pencernaan tikus ketimbang aktivitas serupa pada otak manusia. (Tikus Ternyata Bisa Batuk)

Salah satu penulis jurnal, Doktor Michael Beer dari Jhon Hopkins University School of Medicine, mengatakan perbedaan utama di antara dua spesies tersebut adalah regulasi aktivitas gen. Dari penelitian ini, peneliti lainnya, yaitu Doktor Feng Yue, mengatakan bahwa memang tikus putih masih yang terbaik untuk memahami sistem organ manusia. "Tapi, jika Anda ingin mempelajari sistem imun, Anda harus berhati-hati," kata pengajar di Penn State University of Microbiology dalam tulisan Sciencetimes.

Bukan berarti hasilnya akan salah. Hanya, penelitian sistem imun dengan tikus putih bisa memberikan hasil yang bias. Sebab, perbedaan utama regulasi tubuh antara tikus putih dan manusia adalah sistem imun, beberapa proses metabolisme, dan respons stres.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

DIANING SARI

Terpopuler:
Telkomsel Fokus Garap Layanan Machine to Machine
Empat Produk Solusi ala Huawei di ICT Carnival
Waspada, Ini 9 Modus Penipuan di Internet
Unik, Makam Kuno di Cina Berlukiskan Mural
Viber Luncurkan Fitur Public Chats  

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

16 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.