TEMPO.CO, Jakarta - Pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang belum meyakinkan membuat investor global memikirkan ulang rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika (The Fed).
Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah menguat 29 poin (0,23 persen) ke level 12.147 per dolar AS. Rupiah bergerak naik seiring dengan penguatan yang dialami semua mata uang Asia terhadap dolar AS.
Hingga pukul 17.00 WIB, yen menguat 0,38 persen, rupee naik 0,21 persen, ringgit naik 0,33 persen, peso menguat 0,13 persen, dan won mengalami penguatan 0,12 persen.
Analis pasar uang PT Bank Mandiri Tbk, Reny Eka Putri, mengatakan kurs dolar tertekan setelah data inflasi dan klaim pengangguran di Amerika dirilis di bawah ekspektasi. "Pasar akhirnya memilih melepaskan dolar dan beralih ke aset-aset yang lebih menjanjikan imbal hasil tinggi di pasar berkembang, termasuk rupiah."
Laju indeks harga konsumen di Amerika bulan November tumbuh 0 persen, sementara jumlah pengangguran yang mengajukan klaim sosial naik di atas 290 ribu jiwa. Laju inflasi dan pasar tenaga kerja adalah dua indikator yang diperhatikan bank sentral sebelum menaikkan suku bunga. Dua indikator itu meredam kekhawatiran pasar yang selama ini berspekulasi bahwa suku bunga The Fed akan dinaikkan dalam waktu dekat.
Munculnya sinyal rebound pada harga komoditas juga turut mengurangi pamor dolar sebagai mata uang safe haven. Tekanan terhadap minyak mentah dan emas mulai reda dan tinggal menunggu katalis positif untuk dapat bergerak naik.
Pertemuan negara-negara penghasil minyak (OPEC) pekan depan diperkirakan bisa menjadi momentum kebangkitan harga minyak. "Isu utama dalam pertemuan OPEC adalah pengurangan produksi untuk menjaga stabilitas harga," kata Reny.
PDAT | M. AZHAR
Berita Terpopuler:
Deklarasi KMP: Turunkan Jokowi, Ganti Prabowo
Alasan Jokowi Pakai Pesawat Ekonomi ke Wisuda Anak
Alasan Jokowi Pilih Prasetyo Jadi Jaksa Agung