TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Disiplin PSSI memberi hukuman berat pada para pelaku sepak bola gajah antara PSS Sleman dan PSIS Semarang yang berlangsung di Sleman, pada 26 Oktober 2014. Sejumlah pelaku dihukum seumur hidup dan dijatuhi denda Rp 100 juta.
Pertandingan babak 8 besar Divisi Utama itu berakhir 3-2 untuk kemenangan tuan rumah tapi kelima gol itu tercipta dari bunuh diri. (Baca: Sepak Bola Gajah, PSS Sleman Bantah Gol Bunuh Diri)
Komisi Disiplin PSSI dalam rapatnya Kamis lalu, 20 November 2014, menilai sejumlah pihak dianggap menjadi otak dan menjadi pelaku langsung dalam upaya pengaturan skor di laga itu. Mereka inilah yang dijatuhi hukuman larangan terlibat di dunia sepak bola seumur hidup. (Baca: Komdis PSSI Kantongi Otak Sepak Bola Gajah)
Para pelaku yang mendapat hukuman seumur hidup itu berasal dari kedua tim. Dari pihak PSS Sleman ada sekretaris tim Ery Febriyanto, pelatih Herry Kiswanto, dan staf pelatih Rumadi. Ketiganya juga djatuhi denda Rp 200 juta.
Pemain PSS yang dihukum seumur hidup adalah Agus Setiawan dan Hermawan Putra Jati. Keduanya mencetak gol ke gawang sendiri. Kiper Riono juga dijatuhi sanksi sama. Selain larangan bertanding seumur hidup, para pemain ini juga dijatuhi denda 100 juta. (Baca: Persebaya, Asal Mula Sepak Bola Gajah)
Di kubu PSIS, manajer tim Wahyu Winarto dan pelatih Eko Riyadi dijatuhi hukuman seumur hidup dan denda Rp 200 juta. Empat pemain tim ini, yakni kiper Catur Adi Nugroho, Komaedi, Fadli Manna, dan Saptono mendapatkan hukuman seumur hidup dan denda Rp 100 juta.
Menurut Ketua Komdis PSSI Hinca Panjaitan, para pelaku yang dijatuhi hukuman seumur hidup ini menjadi otak dan pelaku langsung gol-gol bunuh diri itu. Pelatih PSIS Eko Riyadi misalnya, “Malah memberi ucapan selamat kepada pemain usai laga tersebut,” kata Hinca. "Adapun Saptono, yang merupakan striker, justru berdiri di gawang lawan mencegah terjadinya gol."
Di kubu Sekretaris PSS Ery Febriyanto atau yang populer dengan panggilan Ableh adalah yang memerintahkan untuk cetak gol ke gawang sendiri. "Pelatih Herry Kiswanto seharusnya bisa mencegah, tapi tidak melakukan tugasnya," kata Hinca.
Sejumlah pemain lain juga mendapat hukuman yang lebih ringan, bervariasi antara 1 sampai 10 tahun. "Semua sanksi efektif berlaku mulai 11 November," kata Hinca. "Karena menyangkut nasib orang yang terlibat. Seluruh putusan bisa dibanding."
LIGA INDONESIA | NS