TEMPO.CO, Semarang - Pengurus kesebelasan PSIS Semarang menyatakan siap menjalani hal apa pun untuk membantah tuduhan melakukan praktek sepak bola gajah saat melawan PSS Sleman dalam babak 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia pada 26 Oktober 2014.
Kepala Eksekutif PT Mahesa Jenar Semarang, A. Sukawijaya, bahkan rela menjalani sumpah pocong untuk membantah tuduhan itu, mengingat hingga kini Komisi Disiplin PSSI belum menghentikan penyidikan. "Kami dituduh melakukan match fixing (pengaturan skor), padahal gol bunuh diri pemain PSIS adalah spontanitas," kata Yoyok Sukawi--panggilan akrab Sukawijaya--Ahad, 23 November 2014). (Baca: 12 Pelaku Sepak Bola Gajah Dihukum Seumur Hidup).
Kemarin sore, di Semarang digelar diskusi bertema "PSIS (belum) Mati" untuk membahas masa depan PSIS menyusul penjatuhan sanksi oleh Komisi Disiplin PSSI. Atas kasus sepak bola gajah yang melibatkan PSIS dan PSS, PSSI sudah menjatuhkan sanksi berupa diskualifikasi dari babak 8 besar. PSSI juga menjatuhkan sanksi beragam kepada manajemen, pelatih, pemain, juga pembantu umum, dari tidak boleh aktif di dunia sepak bola seumur hidup hingga denda jutaan rupiah.
Yoyok mengaku heran karena, meski sudah menjatuhkan sanksi bertubi-tubi, PSSI belum menghentikan penyidikan. Bila PSSI mendapatkan bukti match fixing maka tim Mahesa Jenar-julukan PSIS-bisa dikenai sanksi lagi, misalnya hukuman didegradasi ke kasta kompetisi dibawah divisi utama. (Baca: Sanksi Sepak Bola Gajah, PSIS: Kasihan Pemain).
General Manajer PSIS Koirul Anwar menyatakan akan segera menyusun pembelaan atas keputusan PSSI. Dia membantah jika dituduh melakukan pengaturan skor karena saat itu PSIS dan PSS Sleman sudah sama-sama lolos ke semifinal. "Hasil pertandingan juga tidak akan berpengaruh kepada tim di bawahnya," kata Khoirul.
ROFIUDDIN
Berita Terpopuler
Kaesang Sebut Hotel Supri, Sopir Singapura Bingung
Alasan Pekerja Seks Sarkem Rajin ke Gunung Kemukus
Ahok 'Tebus Dosa' ke Ridwan Kamil Rp 125 Juta