TEMPO.CO, Wina - Para pejabat tinggi dari enam negara adikuasa dan Iran tengah mendorong agar terjadi kesepakatan program nuklir Iran sebelum batas waktu pukul 23.00 hari ini, Senin, 24 November 2014.
Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Cina, Prancis, dan Jerman mendesak Iran untuk menghentikan program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pembicaraan itu dilakukan dalam pertemuan di Wina, tapi banyak pihak percaya akan ada perpanjangan batas waktu.
"Saat ini kami berfokus pada dorongan terakhir, mencoba agar semua berjalan sesuai jadwal. Namun, tentu saja, jika kami tidak mampu melakukan itu, kami akan melihat ke mana arah selanjutnya," kata Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond seperti dikutip dari BBC, Senin, 24 November 2014.
Seorang pejabat senior Amerika Serikat mengatakan kepada wartawan bahwa hal itu alami terjadi. Tenggat waktu yang tersisa kurang dari 24 jam akan menghasilkan beberapa pilihan. "Perpanjangan waktu adalah salah satu dari pilihan itu," ujarnya.
Selama bertahun-tahun, negara-negara Barat telah menaruh kecurigaan tentang program nuklir Iran. November tahun lalu, Iran mencapai kesepakatan bersama dunia internasional dengan berjanji menghentikan sementara sebagian aktivitas nuklirnya, yang imbalannya adalah pencabutan beberapa sanksi. Namun kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan final pada Juli lalu, yang kemudian diperpanjang hingga 24 November 2014.
Selama ini Iran menolak tudingan program nuklirnya sebagai upaya untuk membangun senjata nuklir, melainkan murni untuk tujuan pengembangan energi. (Baca juga: Iran Kompromi Soal Nuklir, Uni Eropa Bergeming)
Proposal perjanjian yang diusulkan saat ini bergantung pada tingkat sanksi yang akan dicabut jika Teheran setuju membatasi pengayaan jumlah uranium.
Jika tercapai, kesepakatan itu bisa mengakhiri kebuntuan yang telah berlangsung selama 12 tahun, yang bahkan telah meningkatkan kemungkinan adanya serangan militer Israel terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran.
Uranium bisa digunakan untuk membuat bom nuklir, tapi kandungannya bisa dikurangi ke kadar yang lebih rendah untuk keperluan energi.
BBC | ROSALINA
Terpopuler Dunia:
Salip Paus, Jokowi Masuk 10 Besar Voting TIME
Tunisia Gelar Pilpres Pasca Arab Spring
Satu WNI Jadi Korban Ledakan Tambang di Malaysia
Gadis Iran Penonton Bola Voli Bebas dari Tahanan
Buang Bayi, Ibu di Australia Dituntut 25 Tahun