TEMPO.CO, Jakarta - Jenang bukan sekadar panganan bagi masyarakat Solo dan sekitarnya. Keduanya dipautkan sejarah yang terentang panjang.
Menurut pendiri Yayasan Jenang Indonesia Slamet Raharjo mencatat, sesajian berupa 17 jenis jenang pernah mengantar perpindahan Keraton Karatasura, yang hancur akibat geger pacinan, menuju Keraton Kasunanan Surakarta. "Jenang memiliki keistimewaan bagi masyarakat Surakarta," kata Slamet.
Jenang, Slamet menambahkan, juga termaktub dalam kitab kuno Serat Chentini yang ditulis pada awal 1.700-an. Walhasil, fakta bahwa jenang sudah dikenal oleh masyrakat Solo sejak ratusan tahun silam bukan sekadar isapan jempol belaka.
Bersama rekan-rekannya di yayasan, Slamet terus menjaga kelestarian jenang. Mereka giat menggelar riset lantaran masyarakat Solo kini mulai melupakan panganan mirip bubur ini.
Pada masa lalu, Slamet mencatat sekitar 20 jenis jenang yang berkembang di masyarakat Solo. Namun seiring waktu, kini hanya separuh di antaranya yang dikenal masyarakat. "Kami masih menggali agar bisa diperkenalkan kembali."
Kisah keterkaitan antara jenang dan sejarah Solo ini bisa disimak dalam Edisi Kuliner majalah Tempo yang terbit Senin, 1 Desember nanti.
Topik: #KULINER
TIM TEMPO
Berita terkait:
Makan Dilarang Jaim
Edisi Khusus Kuliner: Kisah Rasa, Cerita Bangsa
Jejak Genetik Kopi Kalosi