TEMPO.CO, Jakarta - Kota Surakarta, atau yang masyarakat kenal dengan Kota Solo, kerap dijuluki sebagai surganya kuliner. Masyarakat bisa menikmati beragam jenis masakan dan minuman buatan asli orang Solo yang bercita rasa tinggi dan mengenyangkan.
Tentu, julukan ini tak muncul begitu saja. Menurut pemerhati budaya dari Keraton Kasunanan Surakarta, GPH Dipokusumo, kekayaan ragam kuliner Solo muncul karena kesuburan tanah yang membuat hasil bumi melimpah.
Sebagai pusat kerajaan, semua hasil bumi masuk ke Solo untuk diperniagakan. "Kondisi ini membuat masyarakat selalu mencoba membuat kreasi makanan baru," kata GPH Dipokusumo.
Ia bercerita, masyarakat mulai mengenalkan ragam kuliner Solo bahkan sebelum industri gula tebu berkembang di sana. Saat perpindahan keraton dari Kartasura menuju Solo tahun 1745, 17 macam jenang diarak dalam kegiatan boyong kedhaton. Saat itu, mereka mengandalkan gula kelapa untuk pemanis makanan.
Kemudian, setelah bisnis perkebunan gula tebu dan kopi berkembang di Hindia Belanda pada 1830, kelas priyayi bangsawan Kota Bengawan ini semakin mengembangkan hobi kulinernya untuk mendongkrak perekonomian masyarakat.
Edisi: #KULINER
TIM TEMPO
Berita terkait:
Makan Dilarang Jaim
Edisi Khusus Kuliner: Kisah Rasa, Cerita Bangsa
Jejak Genetik Kopi Kalosi