TEMPO.CO, Jakarta - Pollycarpus Budihari Prianto, terpidana kasus pembunuhan pegiat hak asasi manusia Munir Said Talib, telah menghirup udara bebas sejak Jumat, 28 November 2014. Namun kasus pembunuhan Munir masih menjadi misteri hingga kini. (Baca: Kemenkumham: Pembebasan Pollycarpus Ikuti Prosedur)
Berdasarkan hasil laporan tim pencari fakta, bukan hanya Pollycarpus, sejumlah petinggi Badan Intelijen Negara terlibat dalam kematian Munir. Dugaan itu kembali diungkapkan Allan Nairn, jurnalis investigasi asal Amerika Serikat, baru-baru ini.
Dalam tulisan di blognya yang dirilis pada Senin, 24 November 2014, Allan Nairn menulis, keterlibatan mantan Kepala Badan Intelijen Negara, Abdullah Makhmud Hendropriyono, terbukti dengan adanya laporan rahasia dalam kaitan dengan pembunuhan Munir. (Baca: Bebas Bersyarat, Pollycarpus Hirup Udara Bebas)
Munir menjadi target operasi BIN. Operasi terhadap Munir terdiri atas dua tahap, yakni teror dan pembunuhan yang direncanakan. "Wakil Hendro, As'ad, menggunakan seorang agen untuk membunuh Munir dengan menggunakan arsenik," kata Allan.
Indikasi keterlibatan Hendropriyono dan As'ad Said Ali semakin menguat saat Allan mewawancarai keduanya masing-masing pada 2014 dan 2010, dan Munir pada 2002. Munir, kata Allan, menduga Hendropriyono mendapat dukungan dari Amerika Serikat untuk membunuhnya. (Baca juga: Ada Pollycarpus dalam Kematian Munir)
"Ini konsisten dengan hasil laporan rahasia bahwa sejak 2002 Munir menjadi target BIN," ucap Allan. Dua tahun kemudian, Munir meninggal dalam penerbangan dari Singapura menuju Amsterdam, Belanda, pada 7 September 2004, ketika berusia 38 tahun. (Baca juga: Ini Novum PK Pollycarpus Versi Pengacara)
SINGGIH SOARES
Baca Berita Terpopuler
Ruhut: Demokrat Tolak Dukung Hak Interpelasi
Media Jiran: Jokowi Pakai Jurus 'Ganyang Malaysia'
Jokowi Terima Curhat Petinggi TNI Pagi Ini
Jokowi dan SBY Seolah Saling 'Sindir' di Medsos
Usir Kapal, Kata Media Malaysia Jokowi Alihkan Isu