TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar Universitas Pertahanan, Salim Said, menolak ide penggunaan seragam loreng oleh Korps Brigade Mobil Kepolisian RI. Salim beralasan, baju loreng adalah identitas tentara.
"Kalau polisi ikut memakai baju loreng, kesannya memprovokasi karena menimbulkan kesan tidak mau kalah," kata Salim seusai diskusi bertema "Perspektif Indonesia", Sabtu, 29 November 2014. (Baca juga: Soal Loreng Brimob, Ini Rekomendasi Kompolnas).
Menurut Salim, selama ini polisi menggunakan seragam cokelat polos dengan tujuan tampak ramah di mata masyarakat. "Brimob pasukan tempur, tapi beda tugasnya dengan tentara," ujarnya.
Wacana Brimob menggunakan seragam loreng muncul karena tuntutan tugas menjaga perbatasan. Polisi beralasan, Brimob juga mesti bisa menyamar dan membaur dengan kondisi medan. (Baca juga: Kenapa Brimob Berseragam Loreng?)
Kepala Kepolisian RI Jenderal Sutarman mengatakan seragam loreng mengandung nilai sejarah. Seragam loreng digunakan Brimob pada 1962. Saat itu mereka turut dalam Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat. Nilai historis inilah yang menjadi salah satu alasan penggunaan kembali seragam tersebut.
SYAILENDRA
Berita Terpopuler
Media Jiran: Jokowi Pakai Jurus 'Ganyang Malaysia'
Jokowi dan SBY Seolah Saling 'Sindir' di Medsos
Kapal Diusir, Media Jiran Tuding Jokowi Sekutu AS
Usir Kapal, Kata Media Malaysia Jokowi Alihkan Isu