TEMPO.CO, Jakarta - Ketika masih bermain di Udinese, Italia, Alexis Sanchez, 26 tahun, punya cerita seru. Setelah berbelanja, dia kehilangan kunci mobilnya. Dicari-cari di saku celananya, tak ada barang itu. Sanchez sebenarnya bisa saja menelepon agennya untuk meminta diantarkan mobilnya yang lain.
Tapi ternyata dia bukan pemain manja. Keputusannya pun pasti bikin geleng-geleng kepala. Dia kembali ke rumahnya, yang berjarak sekitar 4 mil, untuk mengambil kunci cadangan. Caranya? Dia berlari. Setelah dapat, dia kembali ke mobilnya.
Berlari bukanlah hal aneh buat Sanchez. Di kampung halamannya di Tocopilla, kawasan utara Cile, ketika kecil, dia menghabiskan hari-harinya di tanah berdebu dan berbatu. Di sana, bersama teman-temannya, kaki Sanchez tak pernah bersih dari debu.(Baca: Arteta dan Sanogo Jadi Tumbal Kemenangan Arsenal)
“Di sini tempat saya bermain. Saya bermain sepak bola dengan menggunakan batu sebagai tiang gawang,” katanya tahun lalu ketika pulang kampung. Di kampungnya itu, setelah kaya raya, dia memberikan donasi untuk membuat lapangan sepak bola.
Alexis memang tidak pernah berhenti berlari. Di mana pun, dia terus berlari. Termasuk saat berseragam Arsenal. Bagaikan kancil, karena tubuhnya kecil seperti kebanyakan pemain di sini, dia tidak hanya berlari kencang, tapi juga gesit berkelit dan menghindari sabetan dan jegalan pemain lawan.(Baca: Lolos 16 Besar, Wenger Puji Konsistensi Arsenal)
Selanjutnya: Sebuas harimau di depan gawang lawan