TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Golongan Karya, Agun Gunanjar, memilih menggelar acara dangdut di Pangandaran ketimbang menghadiri acara Musyawarah Nasional Partai Golkar di Bali, malam ini. Panggung dangdut yang digelar kemarin malam itu bertujuan memperkenalkan rombongan warga Bogor yang dibawanya dengan DPD II Partai Golkar di sana. "Saya harus konsisten terhadap ucapan saya dengan tidak menghadiri Munas 30 November di Bali. Di Munas Bali, banyak pelanggaran," ujar Agun, Ahad, 30 November 2014.
Agun menuturkan, setelah bertemu dengan Akbar Tandjung dua hari lalu, dia langsung membawa rombongan dari kampungnya menuju Pantai Pangandaran. Di sana, mereka memainkan beberapa jenis olahraga, seperti futsal, sepak bola, dan bulu tangkis. Setelah itu, kata dia, kegiatan dilanjutkan dengan bersosialisasi bersama perangkat daerah di sana. Menjelang malam hari, ujar Agun, rombongannya bersama warga setempat menikmati musik dangdut di kawasan Pangandaran. Setelah itu, mereka mengunjungi sejumlah cagar alam serta situs-situs peninggalan zaman kerajaan Hindu-Buddha dan Islam. (Baca: Golkar Diprediksi Pecah)
Menurut dia, Munas Golkar yang digelar kubu Aburizal Bakrie tersebut ilegal. Alasannya, waktu dan tempat Munas tidak dimusyawarahkan dalam pleno terlebih dahulu. "Ketua Umum Aburizal Bakrie (Ical) tak pernah mengadakan rapat pleno untuk membahas waktu dan tempat," ujar Agun. (Baca: Yorrys: Ical Bikin Partai Lapindo Jaya Saja)
Agun beserta anggota Presidium Penyelamat Partai Golkar berencana menggelar Munas Golkar tandingan pada 15 Januari mendatang. Menurut dia, Munas Golkar versinya legal karena telah disepakati dalam rapat pleno. Mereka pun siap jika harus menempuh jalur hukum untuk membuktikan legalitas munas tandingan itu. (Baca: Di Twitter, Ical Klaim Emoh Jadi Ketum Golkar Lagi)
PERSIANA GALIH
Berita Terpopuler
Kata Ruhut Soal Saling Sindir Jokowi-SBY
Pollycarpus Bebas, Allan Nairn Beberkan Data TPF
5 Celotehan Fadli Zon yang Menuai Hujatan
Ahok Idolakan Arsenal Karena Warna Kausnya
Ombudsman: Kurikulum 2013 Membebani Guru dan Siswa