TEMPO.CO, Jakarta- Tim pencari fakta (TPF) kasus meninggalnya Munir merekomendasikan kepada Presiden RI untuk memerintahkan Kepala Kepolisian RI menyelidiki lebih mendalam dugaan peran sejumlah orang dalam pemufakatan jahat pembunuhan berencana terhadap Munir. Seorang di antaranya adalah Hendropriyono.
Ketika Munir terbunuh, Hendropriyono merupakan Kepala Badan Intelijen Negara. TPF menerbitkan rekomendasi ini pada 23 Juni 2005. (Hendropriyono Disebut Minta Pollycarpus Dilindungi)
Ihwal temuan TPF tersebut, Hendropriyono pernah menjawab dalam wawancara dengan majalah Tempo pada November 2005. "Saya itu kan leher saja, dan saya tidak pernah jadi yang nomor satu. Jadi, saya itu dikiranya selalu sebagai operator. Bagi saya, itu bukan barang baru," kata Hendropriyono.
Ia menyatakan juga dituding sebagai operator pembunuhan Theys Hiyo Eluay, Ketua Presidium Dewan Papua. Ia pun dituding menyerang kelompok Warsidi pada 1989. Saat itu Hendro menjadi Komandan Komando Resor Militer Garuda Hitam di Lampung. (Istri Munir: Jokowi Jangan Jualan Janji)
Ketika ditanya apakah pernah diminta menjadi saksi bagi terdakwa Pollycarpus yang disebut agen BIN dalam kasus pembunuhan Munir, Hendropriyono menyatakan mau bersaksi jika dipanggil.
Hendropriyono menyatakan tidak mengenal Pollycarpus. "Wong, namanya saja aneh. Saya kira orang Ambon, ternyata orang Jawa. Makanya saya tidak takut, silakan saja. Wong, saya tidak ngerasa. Dan saya tidak bodoh begitu. Saya kan sudah tua di intelijen. Masak, begitu caranya kalau saya menyuruh orang yang saya tidak kenal. Mana mungkin? Tolol amat," kata Hendropriyono. (Siapa Pollycarpus, Eksekutor Pembunuhan Munir?)
SUNUDYANTORO
Baca berita lainnya:
5 Celotehan Fadli Zon yang Menuai Hujatan
Jokowi Diserang Media Malaysia, Ini Pembelaan Susi
Yorrys: Ical Bikin Partai Lapindo Jaya Saja
Lawan Stoke City, Akhirnya Liverpool Menang!