TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk, Juniman, memperkirakan angka inflasi akan tetap tinggi hingga bulan Januari 2015 mendatang. Pasalnya, dampak pencabutan subsidi bahan bakar minyak bersubsidi pada November lalu terhadap sejumlah sektor, tidak akan hilang dalam waktu dekat. “Akan berada di atas 1 persen," katanya saat dihubungi, Senin, 1 Desember 2014.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi yang berlaku mulai 18 November 2014. Dengan kebijakan ini, harga Premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500, sedangkan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter.
Lebih jauh, Juniman memperkirakan kenaikan harga BBM bersubsidi ini memicu lonjakan harga pada sektor transportasi, bahan makanan, dan bahan bangunan. Normalnya, angka inflasi pada akhir tahun berkisar 0,1-0,3 persen, tapi bisa melonjak menjadi 2 persen. (Baca: BBM dan Cabai Kerek Inflasi November 2014)
Dalam perhitungannya, kata Juniman, laju inflasi belum menunjukkan penurunan signifikan pada bulan Desember. Di bulan berikutnya, ia memprediksi ada tambahan inflasi karena second round effect. "Harga-harga yang belum naik akan mulai menyesuaikan di bulan ini. Seperti ongkos taksi, dan lainnya," ucapnya.
Namun, menurut Juniman, ada peluang agar harga sejumlah kebutuhan pokok bakal turun hingga kembali ke angka 1 di Januari 2015. Syaratnya, pemerintah harus berusaha ekstra keras mempertahankan stok barang dan menjaga kelancaran distribusi menjadi kunci utama untuk menghambat laju inflasi. “Percepatan pembangunan infrastruktur juga menjadi salah satu agenda penting.” (Baca: Pasca Harga BBM Naik, Hindari Saham-saham Ini)
Badan Pusat Statistik hari ini telah mengumumkan per November 2014 terjadi inflasi sebesar 1,5 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,14. Tingkat inflasi sepanjang Januari–November 2014 sebesar 5,75 persen dan tingkat inflasi November 2014 terhadap November 2013 sebesar 6,23 persen.
Inflasi ini timbul karena adanya kenaikan harga terutama di kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan tercatat inflasi 4,29 persen. Selain itu inflasi terpicu oleh kenaikan harga di kelompok bahan makanan 2,15 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,71 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,49 persen.
URSULAFLORENE
Berita terpopuler:
Jokowi Diserang Media Malaysia, Ini Pembelaan Susi
Menteri Yuddy: Tomy Winata Berjiwa Patriotik
Bareng Tomy Winata, Menteri Gobel Gelar Pasar Murah