TEMPO.CO, Hong Kong - Polisi Hong Kong kembali terlibat bentrok dengan pengunjuk rasa pro-demokrasi yang mencoba mengepung gedung pemerintahan. Pekan lalu, bentrok juga terjadi ketika polisi dan juru sita hendak membongkar tenda pengunjuk rasa di kawasan Mong Kok. (Baca: Joshua Wong Ditahan Kepolisian Hong Kong)
Pengunjuk rasa beraksi pada Ahad kemarin. Pemimpin gerakan protes pelajar meminta pendukung mereka berkumpul di sekitar kantor pemimpin eksekutif Hong Kong, C.Y. Leung, di Lung Wo Road. Lokasi ini tak jauh dari Connaught Road, jalan yang diduduki massa pada Oktober lalu.
Seperti sebelumnya, dalam unjuk rasa kali ini, massa membawa payung--simbol perlawanan. Tak lupa, mereka mengenakan helm pengaman seperti helm proyek. Mereka berteriak, “Kami ingin demokrasi yang sebenarnya.”
Massa bergerak ke titik kumpul sambil melempar botol, helm, dan payung ke arah polisi. Laporan Reuters, salah satu demonstran menginstruksi mengepung kantor Leung sampai pagi. “Mari buat pemerintah berhenti berfungsi besok,” kata pengunjuk rasa berbaju hitam itu.
“Tujuan aksi kami: melumpuhkan kegiatan pemerintah,” ujar Alex Chow, pemimpin pelajar, seperti dikutip BBC, Senin, 1 Desember 2014. Adapun polisi menggunakan semprotan merica dan tongkat untuk menghadapi demonstran.
Baca Juga:
Menurut keterangan polisi, 40 orang ditahan dan sejumlah petugas terluka dalam kejadian ini. Bentrok kali ini juga salah satu yang terparah sejak protes pro-demokrasi selama dua bulan terakhir. Dalam foto bentrok yang dirilis Reuters, tampak polisi mengarahkan tongkatnya ke pengunjuk rasa yang sedang berjongkok.
Akibat unjuk rasa, kantor pemerintah ditutup pada Senin. Para pegawai diliburkan. Meski jalan di sekitar kantor Leung sudah sepi, suasana tegang tetap menyelimuti Connaught Road, yang masih diduduki ratusan pengunjuk rasa.
Sekretaris keamanan Hong Kong, Lai Tung-kwok, menyalahkan demonstran karena meningkatkan perilaku kekerasan. “Polisi terpaksa beraksi. Mereka tidak punya pilihan. Tugas mereka: menegakkan hukum dan mengembalikan ketertiban."
Protes aktivis pro-demokrasi di Hong Kong menuntut hak memilih pemimping langsung pada Pemilu 2017. Namun hal ini ditolak pemerintah Beijing, yang ingin menyeleksi kandidat pemimpin melalui komite bentukan mereka. (Baca: Pemimpin Demonstrasi Hong Kong Akan ke Beijing)
BBC | ATMI PERTIWI
Berita Lainnya:
Tokoh Time, Jokowi Melorot, Aksi Ferguson Nomor 1
Polisi Ferguson Mundur karena Ancaman
Thanksgiving, Obama Jalani 'Ritual' Beli Buku
Targetkan Wanita, Media ISIS Unggah Resep Panekuk
Pemilu Thailand Ditunda hingga 2016