TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau yang lebih dikenal dengan Sritex mengklaim telah berhasil melakukan berbagai efisiensi untuk menekan biaya operasi. Hal itu dilakukan seiring dengan naiknya tarif dasar listrik dan harga bahan bakar minyak.
Presiden Direktur Sritex Iwan Setiawan mengatakan pada sektor produksi perusahaannya telah mengurangi pemakaian listrik. "Pada proses spinning dan finishing kami kurangi pemakaian saat beban puncak," kata Iwan dalam paparan publik di Bursa Efek Jakarta, Selasa, 2 Desember 2014. Adapun pada lini produksi garmen dilakukan otomatisasi. (Baca pula: Menperin: Pebisnis Tak Keluhkan Kenaikan Harga BBM)
Tak hanya pada sektor produksi, Sritex juga melakukan efisiensi pada sektor pengangkutan. Saat ini, perusahaan sudah melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak untuk menggencarkan sarana angkut kereta api dari dan menuju pelabuhan. Jika usulan ini disetujui, diperkirakan akan ada penghematan hingga 37 persen. (Baca: Terbebani BBM dan Upah, Pabrik Tekstil Hengkang)
Pada sektor keuangan, bulan lalu perseroan telah menerbitkan obligasi dalam mata uang dolar Amerika Serikat sebesar US$ 70 juta. Obligasi itu diterbitkan dengan suku bunga lebih rendah daripada pinjaman dalam mata uang rupiah. "Kami juga mendapatkan dari dari penerbitan Medium Term Note sebesar US$ 30 juta dengan bunga 6 persen dan tenor tiga tahun," kata Iwan.
Iwan menuturkan rencananya dana itu akan digunakan sebagai sumber belanja modal. Sritex sendiri tahun depan menganggarkan belanja modal hingga US$ 245 juta yang akan dikeluarkan secara bertahap dari tahun 2014 hingga 2016.
Adanya efisiensi tersebut, kata Iwan, mampu mendongkrak kinerja perseroan. Pada kuartal III 2014, Sritex mencatatkan nilai penjualan sebesar Rp 5,14 triliun atau meningkat 23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp 4,18 triliun. Laba bersih juga naik 6 persen menjadi Rp 265 miliar. (Lihat juga: Jokowi Yakin Franky Sibarani Mampu Benahi BKPM)
Iwan mengklaim perusahaannya merupakan salah satu produsen tekstil yang terus berkembang. Apalagi saat ini Sritex merupakan satu-satunya perusahaan tekstil di dunia yang mampu memproduksi seragam militer untuk 30 negara. "Setidaknya ini juga membuktikan bahwa tekstil bukanlah sunset industry," katanya.
FAIZ NASHRILLAH
Terpopuler
Kubu Agung 'Main Mata' dengan Peserta Munas Bali
Tiga Janji Palsu Ical Selama Jadi Ketum Golkar
Risiko jika Jokowi Tenggelamkan Kapal Ilegal
Muhammad, Nama Bayi Lelaki Terpopuler di Inggris