TEMPO.CO, Hong Kong - Trio pendiri gerakan prodemokrasi Hong Kong, Occupacy Central, mengatakan akan menyerahkan diri pada hari ini menyusul bentrokan antara polisi dan pemrotes dalam beberapa hari terakhir. Benny Tai, Chan Kin-man, dan Chu Yiu-ming mengatakan keputusan tersebut mereka buat karena ingin menghindari kekerasan.
“Tiga inisiator OCLP dan sebagian pendukung kami telah memutuskan menyerahkan diri ke polisi pada 3 Desember untuk menunjukkan semangat komitmen dan tanggung jawab,” kata Benny Tai dalam konferensi pers, kemarin.
Profesor hukum dari Universitas Hong Kong ini mendirikan gerakan damai untuk menentang kebijakan pemerintah Cina yang dianggap mencampuri penentuan calon-calon dalam pemilihan pemimpin Hong Kong pada 2017.
Aksi sejak akhir September itu awalnya berjalan damai. Namun, dalam sepekan terakhir, aksi kerap berujung bentrokan. Langkah polisi membersihkan beberapa lokasi yang menjadi pusat demonstrasi, seperti Admiralty, Mong Kong, dan Causeway Bay, mendapat perlawanan aktivis.
Benny Tai mengatakan konfrontasi harus dihindari. Ia mendesak mahasiswa yang masih berdemonstrasi agar membubarkan diri untuk menghindari jatuhnya korban.
Permintaan Benny Tai berbeda dengan seruan Joshua Wong. Pemimpin kelompok mahasiswa Scholarism ini justru menyerukan agar protes lebih digalakkan. Ia meminta pendukungnya merapatkan barisan dan berkumpul di pusat kota.
Wong, 18 tahun, sejak Senin malam memulai aksi mogok makan bersama Isabella Lo dan Princo Wong. Aksi ini bertujuan menuntut perundingan dengan otoritas Hong Kong dan Cina. Ia berharap pemerintah mau mengambil jalan tengah dengan berkonsultasi dalam reformasi politik.
“Ini bukan tentang penarikan keputusan yang dibuat pada 31 Agustus,” kata Wong menyebut keputusan Beijing yang mengharuskan calon pemimpin Hong Kong mendapat persetujuan komite di Beijing. “Kami meminta pemerintah Hong Kong memulai konsultasi pada reformasi politik.”
Kepala eksekutif Hong Kong, Leung Chun-ying, menanggapi dingin permintaan ini. Ia justru memperingatkan pengunjuk rasa agar tidak kembali ke jalan.
REUTERS | CNN | SCMP | RAJU FEBRIAN
Berita Lainnya:
WHO Kutuk Tes Keperawanan
Ingin Perang, Pria Ini Disuruh ISIS Bersihkan WC
Istri dan Putra Pemimpin ISIS Ditahan
Eks Jurnalis Jadi Dubes Australia untuk Indonesia
Serangan Mematikan di Tambang Kenya, 36 Tewas