TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 3 Desember, merupakan Hari Penyandang Cacat Sedunia. Tak hanya Indonesia, di belahan dunia lain juga memperingati hari ini. Sebagai manusia, kita tentulah memiliki hati dan membuka mata kepada para penyandang cacat. Sebab, bagaimanapun juga, mereka memiliki keinginan untuk bisa setara seperti manusia normal lainnya dan tidak dibedakan. (Baca: Siswa Difabel dan Marginal Bisa Dapat Beasiswa S-2)
"Saya tak pernah menginginkan anak saya lahir dengan kondisi cacat begini. Tuhan memiliki rencana sendiri. Sebagai seorang ibu, saya mencoba memberikan yang terbaik buat Abdel, putra saya, meski dengan keterbatasan yang ia miliki," kata Marlina, 48 tahun, ibu dari Abdel, 14 tahun, yang menderita polio sejak kecil. Meski harus menggunakan kursi roda, diakui Marlina, Abdel tetap memiliki prestasi dalam bermain gitar.
"Saya sebagai orang tua yang memiliki anak penyandang cacat berharap kaum difabel jangan dipandang sebagai isu mainstream. Rasanya sedih juga bila selama ini kaum penyandang cacat sering diapresiasi sebagai charity atau amal, bukan sebagai kewajiban," kata Marlina pada Rabu, 3 Desember 2014.
Penyandang cacat memang jadi bagian masyarakat Indonesia. Sehari setelah Jokowi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia pada 21 Oktober lalu, dia juga sempat mendapat tantangan dari masyarakat penyandang difabel Daerah Istimewa Yogyakarta yang meminta Jokowi mampu mengimplementasikan piagam perjuangan Suharso sebagai komitmen memperjuangkan hak para penyandang cacat pada pemerintahan presiden ketujuh ini. (Baca: 300 Pemantau Awasi Akses Penyandang Cacat)
Presiden Jokowi pernah menandatangani sembilan piagam perjuangan sebagai wujud dari kontrak politik kepada rakyat Indonesia. Salah satunya adalah piagam Suharso yang menjadi perjuangan kaum difabel.
Isi piagam Suharso antara lain pengakuan dan perlindungan hak difabel, pemerintahan yang berjalan sesuai konstitusi, dan membangun persepsi tentang keberadaan difabel sebagai aset negara, bukan beban negara. Para kaum difabel menuntut konsep revolusi mental yang diusung Jokowi juga berlaku dalam mengubah cara pandang aparatur negara terhadap permasalahan difabel. (Baca: Penyandang Disabilitas Bisa Tonton Debat Capres)
Adapun Megawati Soekarnoputri yang ikut hadir dalam acara perayaan ke-60 YPAC dan peresmian gedung baru YPAC di Jalan Hang Lekiu III, Kebayoran Baru, pada 5 November lalu sempat mengatakan perhatian pemerintah masih kurang terhadap anak-anak berkebutuhan khusus seperti itu. Presiden Republik Indonesia kelima itu mengaku pernah menjadi relawan yang melayani anak cacat. (Baca: Difabel Bohongan Kembali Beraksi di Piala Dunia)
Menurut dia, banyak anak cacat yang ternyata mampu membuat kerajinan-kerajinan tangan yang seharusnya dapat dipasarkan. Megawati mengatakan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan seharusnya bisa melakukan tugas utama untuk memberikan ruang berkarya bagi orang-orang yang berkebutuhan khusus.
Ketua Umum PDI Perjuangan ini juga menyoroti Kementerian Kesehatan yang dinilai bisa memberi perhatian yang sama. Antara lain dengan melakukan riset-riset yang dapat membantu mereka yang berkebutuhan khusus. (Baca: Megawati Restui Djarot dan Boy Jadi Wakil Ahok)
HADRIANI P. | PELBAGAI SUMBER
Terpopuler
Tangis Haru Victoria Beckham di BFA 2014 Budokon, Yoga Kombinasi Beladiri
Tuberkulosis Tak Sembuh, Bisa Jadi AIDS
Tangis Haru Victoria Beckham di BFA 2014
Tak Semua Penderita Kanker Bisa Diterapi Target