TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Direktur Grup Riset Ekonomi Bank Indonesia, Harmanta, mengatakan melemahnya nilai rupiah saat ini disebabkan oleh faktor eksternal. "Terutama karena kondisi Amerika Serikat saat ini, yang juga mengalami gejolak perekonomian," ujarnya di kantor BI, Kamis, 4 Desember 2014.
Harmanta mengatakan faktor internal tidak memicu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Malah cenderung positif, apalagi dengan adanya dampak dari kenaikan harga BBM," katanya. (Baca: Rupiah Melemah, Indeks Saham Cenderung Lesu)
Lebih jauh Harmanta menilai jumlah cadangan devisa sekarang sebesar US$ 112 miliar cukup aman. "Cukup untuk impor dan amanlah," tuturnya. Karena itu, Bank Indonesia akan tetap menjaga dan mengawasi nilai rupiah saat ini.
Ia pun optimistis kurs rupiah akan menguat pada 2015 mendatang. "Walau tidak ada angka pada kisaran level berapa rupiah dikatakan menguat," ujar dia. Keyakinannya juga dipengaruhi oleh keputusan pemerintah mengurangi subsidi dengan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. (Baca: Waspada, Kurs Rupiah Terendah dalam Enam Tahun)
Untuk menjaga nilai rupiah, Bank Indonesia akan mendorong agar pengusaha berdaya saing dengan mengembangkan produk-produk berdaya saing tinggi serta meningkatkan produktivitas. Bank sentral juga telah menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) pada November lalu. "Kami juga terjun ke pasar untuk memantau dan mengawasi agar tak kaget jika rupiah menguat atau melemah signifikan," ucap Harmanta.
ODELIA SINAGA
Berita terpopuler:
Mata-matai Pencuri Ikan, Susi Diprotes Dirjennya
Ini Resep Menteri Bambang Agar Rupiah Tak Loyo
Moratorium Menteri Susi Diprotes, Tanda Ada Mafia