TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan banyak kapal asing dan eks kapal asing yang menjadikan anak buah kapal dari Indonesia tak ubahnya sebagai budak. "Tidak hanya di luar negeri, di sini juga banyak ABK kita yang dijadikan slave," ujar Susi saat ditemui di kantornya, Kamis, 4 Desember 2014. (Baca: Kapal Tenggelam di Laut Bering, 6 WNI Selamat)
ABK asal Indonesia kerap hanya dijadikan budak untuk menangkap ikan. Perlakuan para juragan kapal pun banyak yang semena-mena. Seorang buruh asal Indonesia, Nendi, yang bekerja di perusahaan asal Cina mengaku mendapat perlakuan buruk dari juragannya di kapal ketika berlayar. (Baca: 3 WNI Korban Kapal Oryong Ternyata Bersaudara)
Nendi bertugas sebagai nelayan pengangkut cumi-cumi. Setiap hari, ia harus mengangkut 10-15 ton cumi. Ia pernah dipukul oleh juragannya karena dianggap tak bekerja dengan baik ketika memindahkan karung. Tak hanya itu, ia juga tak mendapatkan makanan yang layak selama bekerja. Nasi yang disiram air panas jadi menu makanannya sehari-hari.
Banyaknya anak buah kapal dari Indonesia salah satunya terdapat di kapal ikan Oryong 501 yang membawa 35 ABK asal Indonesia dari 60 awak kapal. Kapal ini tenggelam saat sedang berlayar ke Selat Bering akibat cuaca buruk. Saat itu, angin bertiup kencang 20 mil per detik dan suhu minus 20 derajat Celsius.
DEVY ERNIS
Berita lain:
Ical Ketum Golkar, Peristiwa Tragis Mengiringi
Mata-matai Pencuri Ikan, Susi Diprotes Dirjennya
Menteri Susi Tak Bantah Nilai Perusahaannya Rp 1 T