TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menyadari bahwa harapan publik terhadap prestasi olahraga sepak bola teramat besar. Sementara itu, prestasi sepak bola nyaris tidak ada. Kekecewaan publik pun tak jarang dialamatkan kepadanya, yang baru sebulan lebih sepekan menjabat Menpora.
Menpora bahkan mendapatkan pesan pendek. “Kalau tidak bisa membekukan PSSI, berarti harus mundur,” begitu bunyi pesan pendek yang diterima Imam beberapa waktu lalu. Menanggapi itu, ia pun menjawab singkat, “Sabar, to, le.”
Selasa lalu, Menteri Imam menerima Rina Widiastuti, Gadi Makitan, Aditya Budiman, dan fotografer Dhemas Reviyanto di ruang kerjanya di lantai 10 gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga. Imam menjawab pertanyaan seputar langkah yang akan ia ambil dalam menyikapi minimnya prestasi PSSI
Belum sebulan, sudah ada yang minta Anda mundur?
Iya. Pengirim SMS itu bilang, "Kalau tidak bisa membekukan PSSI, berarti harus mundur."
Apa jawaban Anda?
Saya bilang, "Sabar, to, le."
Kita ini sering tidak sabar. Ingin semua instan. Padahal kita ini berproses dari bayi, anak-anak, remaja, hingga orang tua. Tapi saya senang. Artinya, mereka ini peduli. Ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan dengan caranya sendiri. Ada sesuatu yang ingin diubah lewat kami.
Saya juga berharap mereka mengerti bahwa melakukan perubahan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses dan kehati-hatian. Butuh kecermatan.
Sejauh mana Kemenpora akan menjalankan peran pengawasan terhadap PSSI?
Pemerintah memang memiliki peran mengawasi institusi yang ada di bawahnya. Tapi, perlu dipahami bahwa PSSI berdiri atas statuta FIFA. Jadi, mereka adalah rezim yang berdiri sendiri. Pemerintah katanya tidak boleh mengintervensi. Jadi, sekarang saya sedang mempelajari, apa yang dimaksud dengan intervensi dan sejauh mana itu bisa dilakukan. Kalau pemerintah tidak bisa mengintervensi, apa gunanya kami sebagai (aparatur) negara? Siapa pun harus tunduk kepada aturan negara. Di sini sesungguhnya letak peran dan fungsi Kemenpora. Lagi-lagi saya sedang menunggu kerja tim yang sedang berjalan.
Harapan masyarakat sangat besar untuk pemerintah membekukan PSSI. Kami sedang mengkaji, sesungguhnya ada apa di balik PSSI ini. Sementara itu, PSSI memposisikan dirinya sebagai rezim yang tertutup, yang tidak bisa diintervensi pemerintah.
Untuk sementara ini, kami mendorong PSSI agar melakukan pembenahan. Silakan PSSI mengevaluasi diri. Prestasi sepak bola semakin menurun. Mari, kita urai benang kusutnya. Demikian juga masyarakat pencinta bola. Kami berharap masyarakat juga sadar, jangan prestasi sepak bola yang turun diimbangi (ditambahi) dengan kekacauan yang meningkat, misalnya, kerusuhan antarsuporter. Ini tentu tidak sehat bagi masa depan sepak bola kita.
Seberapa berani Anda mengawasi PSSI yang tertutup itu?
Selagi itu salah, kami harus memperbaiki. Kami harus mencari cara. Prinsip saya, yakini pilihan, taati aturan. Sekali kita memilih bersikap dan ada aturan yang menjadi pagar kita, kita jalan.
Anda berani, kan?
Berani atau tidak itu bergantung pada apakah sesuatu yang kita hadapi ini perlu kita perbaiki. Kadang ada orang berani tapi konyol. Tapi, ada orang takut, akhirnya ada perubahan. Menghantam tidak harus di depan.
Jadi, kalau masalah PSSI, dari mana Anda akan menghantam?
Saya mendorong mereka. Saya bilang, "Masak, kalian tidak malu sudah dikritik publik?"
Berita Terpopuler
Misteri Ceceran Duit di Rumah Fuad Amin
Hitung Duit Fuad Amin, KPK Butuh Waktu Tujuh Hari
Gubernur FPI Ngarep Sumbangan Warga