TEMPO.CO, Jakarta - Konsultan manajemen merek perhotelan di Asia, The Brand Company, meluncurkan buku tentang manajemen merek perhotelan pertama di dunia. Buku itu berisi 24 artikel yang ditulis James Stuart dan pernah diterbitkan di Bangkok Post, Thailand.
Menurut James Stuart, tujuan dari buku ini sederhana saja. ”Ini satu-satunya buku yang mengupas jasa pariwisata dan branding,” kata Stuart di Artotel, Jakarta Pusat, pada Kamis, 4 Desember 2014.
Stuart menuturkan ada survei yang dilakukan Businessweek mengenai seratus produk di dunia, tapi tidak satu pun yang menyebut nama hotel. “Saya mengimbau kepada pelaku perhotelan untuk bisa membalikkan paradigma bahwa merek penting untuk diingat masyarakat,” ujarnya. (Baca: Turis Bebas Visa, Industri Hotel Tumbuh 20 Persen)
Stuart mencontohkan, praktek perhotelan sungguh aneh ketika membuat hotel megah dengan lampu-lampu mewah dan para karyawan di depan front office menggunakan jas mewah tapi kultur tidak sesuai. "Ini adalah praktek feodal. Pengguna jasa hotel, yakni kalangan menengah yang berusia 40 tahun ke atas, tidak memerlukan kemewahan dan kemegahan seperti itu. Hotel seperti ini lama-kelamaan akan pudar,” katanya.
Menurut Stuart, kehadiran buku ini memang tidak membuat kalangan perhotelan tersindir. "Mereka bagaikan macan atau gajah yang tidak terlalu peduli pada tanggapan konsumen. Tulisan ini bagi mereka yang ingin membuat usaha baru di bidang perhotelan dan yang memperhatikan pentingnya branding, jenis tamu, ciri khas hotel, serta tipe karyawati dan karyawannya," tuturnya.
Pasar perhotelan di Indonesia, menurut Stuart, berpotensi besar karena sektor ekonomi semakin baik, dengan penerbangan murah dan maraknya pembangunan hotel di pelosok-pelosok kota.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler:
Vaksin Kanker Payudara Terbaru Diklaim Aman
Mufidah JK: Negara Melindungi Kaum Difabel
Tak Semua Penderita Kanker Bisa Diterapi Target