TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta mengaku masih bingung dengan penerapan kebijakan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan menghentikan program Kurikulum 2013.
"Ini nanti mau dihentikan sementara atau dibatalkan, kami masih mangu-mangu (meraba-raba)," ujar Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budi Asrori kepada Tempo, Sabtu, 6 Desember 2014. (Baca:Anies Batalkan Kurikulum 2013, Guru: Tepat Sekali)
Kebimbangan pemerintah Kota Yogya disebabkan oleh adanya klausul dalam keputusan penghentian kurikulum itu yang memuat dua hal. Yang pertama, sekolah yang sudah menjalankan kurikulum selama tiga semester lebih tak perlu kembali ke Kurikulum 2006.
"Kalau yang sekolah yang tidak dihentikan kurikulumnya, apa buku-bukunya masih bisa menerima juga, karena sekarang belum semua sekolah dapat buku pegangan?" ujar Budi.
Sejak Kurikulum 2013 diterapkan, Budi mengatakan, ada 35 sekolah di Kota Yogya yang jadi percontohan. Karena sejak awal dilibatkan, seluruh sekolah percontohan itu sudah tiga semester lebih menggunakan Kurikulum 2013. Dengan begitu, mereka tak perlu kembali ke Kurikulum 2006.(Baca:Kurikulum 2013 Dibatalkan, Balik ke Kurikulum 2006 )
Budi enggan berkomentar setuju atau tidak atas pemberhentian program kurikulum itu. Namun ia tak membantah jika Kurikulum 2013 disebut menyimpan sejumlah persoalan yang dikeluhkan sekolah kepada Dinas sejak diterapkan. "Banyak guru tak siap, materi yang harus diajarkan relatif baru, padahal buku pegangan belum ada," kata Budi mencontohkan.
Malah, saat menjelang ujian tengah semester pun guru dan siswa masih belum mendapat buku pegangan mata pelajaran."Untuk SD memang semua sudah mendapat buku, tapi untuk SMA dan SMK, sebulan lalu baru 50 persen yang mendapat," ujarnya.(Baca:Menteri Anies Baswedan Stop Kurikulum 2013)
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Wonosari Gunungkidul, Sangkin, kepada Tempo sebelumnya menuturkan salah satu dampak penerapan Kurikulum 2013 yang memicu kekhawatiran yakni kacaunya program sertifikasi karena adanya sejumlah perubahan beban materi mata pelajaran. Misalnya mata pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
"Banyak terjadi pengurangan jam mengajar guru bahasa Inggris. Mereka pusing jika harus cari tambahan jam mengajar ke sekolah lain," kata Sangkin.
Dalam penerapan Kurikulum 2013 itu, lanjut Sangkin, beban mata pelajaran bahasa Inggris yang awalnya empat jam sepekan dipangkas menjadi dua jam sepekan. Sebaliknya, untuk bahasa Indonesia, beban semula dua jam ditambah menjadi empat jam sepekan.
PRIBADI WICAKSONO
Baca juga:
Beda Jakarta dan Blitar, Djarot: Blitar Manageable
Begini Cara Bakorkamla Amankan Laut
Kado Akhir Tahun yang Manis buat Koalisi Jokowi
Bakorkamla Akan Ganti Nama, Ini Kewenangan Barunya