TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan wilayah Maluku Tenggara Barat mengalami gempa sebesar 6 skala Richter pukul 05.15 WIB, Ahad, 7 Desember 2014. Pusat gempa berada di 165 km barat laut Maluku Tenggara Barat dengan kedalaman 133 km di bawah laut.
"Gempa ini tak berpotensi tsunami," kata dia melalui pesan tertulis kepada Tempo, Ahad.
Namun, warga sempat panik dan berhamburan ke luar rumah akibat getaran keras yang mereka rasakan. Hingga saat ini belum ada laporan kerusakan rumah dan bangunan lainnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tenggara Barat masih memantau kondisi pascagempa dan dampaknya kepada warga.
Maluku Tenggara Barat adalah salah satu daerah rawan gempa karena terletak di pertemuan subduksi Hindia Australia dan Eurasia. Hal ini menyebabkan tingginya aktivitas tektonik dari sesar Wetar (Wetar Thrust) yang membujur dari Pulau Alor bagian utara sampai Pulau Romang.
"Akibatnya, sering terjadi gempa besar di sana," kata Sutopo.
Namun, penelitian tentang gempa di wilayah Indonesia bagian timur masih minim. Padahal, kondisi geologi dengan percampuran lempeng Hindia, Australia, Pasifik, Eurasia, dan Filipina ini punya ancaman gempa dan tsunami lebih tinggi. Berdasarkan data BNPB, dari tahun 1629-2014 ada 174 kejadian tsunami, sekitar 60 persen terjadi di wilayah Indonesia bagian timur.
Sutopo mengatakan pemerintah seharusnya mengalokasikan dana khusus untuk penelitian di sana dan persiapan penduduk wilayah Indonesia bagian timur. Hal ini dikarenakan BNPB memprediksi akan ada saat siklus geologi semua lempeng bertemu dan pasti akan mengkibatkan gempa serta tsunami besar.
"Akan ada banyak korban jiwa nantinya jika pemerintah tak siaga," katanya.
YOLANDA RYAN ARMINDYA
Berita lain:
Kalahkan Malaysia, Indonesia ke Final Axiata Cup
Jakarta Blitar Versi Djarot Saiful
Djarot Minta Ahok Mulai Lirik Banten untuk Sangga Jakarta