TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan Sidang Musyawarah Nasional Partai Golkar IX Ancol, Leo Nababan menyanggah penilaian Bambang Soesatyo soal acara yang disebut abal-abal. Ia menyatakan, justru Munas di Ancol lebih asli dibandingkan yang digelar Aburizal Bakrie di Bali.
"Di sini mau pakai sendal jepit, baju lusuh, atau mata buta juga boleh datang. Beda dengan yang di Bali, semua elit," kata Leo di Hotel Mercure, Ahad, 7 Desember 2014. (Baca : DPD Golkar Serahkan Hasil Munas ke Pemerintah)
Sebelumnya, Bambang menggelar konferensi pers soal Munas tandingan di Ancol. Ia menuding munas tersebut ilegal dan tak bernilai hukum karena Golkar pimpinan Ical sebenarnya sudah menentukan ketua umum. Munas Bali sendiri memecat seluruh pengurus Golkar yang membentuk presidium penyelamatan. (Baca : Munas Golkar di Ancol, Kubu Ical: Hentikan!)
Sebagai pembeda, Munas Ancol juga mencanangkan slogan baru partai berlambang pohon beringin tersebut yaitu suara rakyat suara golkar. "Kalau yang dulu itu slogan elit," kata Leo.
Dalam Munas Ancol, para pimpinan Dewan Pimpinan Daerah I dan II akan memilih satu dari tiga calon secara tertutup yaitu Agung Laksono, Priyo Budi Santoso dan Agus Gumiwang Kartasasmita. Sekitar 380 pimpinan ini akan memilih di dalam bilik dan memasukan ke kotak suara. Di akhir, panitia akan menghitung jumlah suara calon terbanyak sebagai ketua umum 2014-2019.
Situasi Munas di Ancol memang sangat terbuka dan santai. Wartawan bebas masuk ke semua sisi ruang dan meliput penuh isi acara. Tak ada penjaga atau organisasi masyarakat yang berjaga atau bertugas mengusir. Setiap peserta juga memiliki jatah menyampaikan pendapat secara terbuka tanpa intervensi.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita terpopuler:
'Sikap SBY Jadi Akar Masalah Perpu Pilkada'
Yorrys: Lama Munas Tandingan Golkar Bisa Ditambah
Alasan Kubu Agung Laksono Percepat Munas Golkar
Yorrys: Ada 384 DPD di Munas Tandingan