Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rekonsiliasi di Rumah Kopi

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah meja setinggi dada manusia dewasa berdiri di sudut pintu masuk Rumah Kopi Joas di Jalan Said Perintah, tengah Kota Ambon. Dari situ, para pelayan mempersilakan tamu-tamu yang datang memilih tempat duduk. Ada satu bilik yang lebih tertutup mirip ruang tamu sebuah rumah. Ada teras samping yang terang menghadap jalan dan satu ruang lebar di belakang berdekatan dengan dapur.

Ini adalah kedai kopi pertama milik Joas Layan yang kini populer disebut Rumah Kopi Joas dan kerap menjadi tujuan para pelancong yang mengunjungi Kota Ambon. Pada siang yang cerah di akhir pekan November lalu, Rully Paturuhu, 28 tahun, sedang berkumpul ngopi dengan para koleganya, seorang guru di universitas di kota Ambon, seorang mantan wartawan, dan dua pegawai swasta.

Kami memang sering datang ke sini untuk mengobrol,” kata Rully, yang bekerja di Komisi Penyiaran kota Ambon. Selain berbincang soal pekerjaan, mereka juga berbincang tentang politik dan isu-isu terkini.

Rumah Kopi Joas menjadi tempat Rully bertemu dengan teman-temannya semenjak masa kuliah. Tempat ini, menurut dia, menjadi tempat berkumpul dan berdiskusi para mahasiswa, aktifis, politisi dan birokrat.

Hidangan spesial Rumah Kopi Joas adalah kopi susu dengan kombinasi legit dan pahit. Kopi yang dihidangkan adalah jenis robusta dan arabica yang dibeli dari Makassar. Kopi Joas menjadi populer karena, menurut Rully, kopi ini diracik sendiri oleh Joas Layan dan dicampur rempah-rempah.

Pelayan Jopy Labatar, 32 tahun, mengatakan untuk satu porsi kopi yang disajikan di cangkir setinggi 15 sentimeter, ia menggunakan satu sendok bubuk kopi yang disiram air panas. Sepertiga bagian cangkir itu sebelumnya sudah dipenuhi krimer manis. Pemanis untuk kopi hanya dari krimer, tanpa gula. Jopy mengatakan ini jenis kopi muda karena bubuk kopi diseduh.

Kopi muda rasanya tak terlalu kuat. Ada jenis kopi yang lebih nendang, yakni kopi tua. Dinamakan kopi tua karena bubuk kopi dimasak dalam air mendidih selama beberapa saat. Kopi ini dimasak di satu panci setinggi hampir satu meter. Jika ada yang memesan, para barista tinggal mengambil larutan kopi yang sudah dimasak dari sini.

Selain kopi susu, Rumah Kopi Joas juga menyediakan kopi hitam, kopi, dan teh ginseng, serta STMJ alias susu telor madu jahe. Tapi kopi susu adalah menu andalan. Kopi ini disajikan dengan kue pofertjes dan panekuk. Pofertjes di Rumah Kopi Joas bentuknya lebih besar dibanding kue semacamnya yang biasa disajikan di restoran di pulau Jawa. Teksturnya renyah dan agak keras di luar, serta empuk dan liat lembut di dalam, sedikit mirip kue apem.

Kue sandingan lainnya seperti pulut dan gogos. Pulut adalah ketan yang dimasukkan ke dalam bambu lalu dibakar. Sedangkan gogos adalah panganan semacam lemper dengan bentuk mini dan diisi ikan di dalamnya. Selain itu ada gorengan pisang raja dan kasbi atau ubi jalar. Baik pisang atau kasbi berukuran kecil-kecil dan merupakan jenis yang ditanam di Ambon. Rasanya gurih karena sebelum digoreng, kasbi dan pisang ini terlebih dulu direndam dengan air garam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gorengan ini lalu disajikan di piring makan lengkap dengan sambal yang terbuat dari tomat, cabai, dan bawang putih. Ketiga bahan itu diblender lalu dipanaskan dengan menggunakan minyak kelapa.

Tak banyak orang tahu, budaya berkumpul dan minum kopi di kalangan masyarakat Ambon sebenarnya baru populer selepas 2000-an. Sebelumnya hanya sedikit kalangan yang berkumpul dan ngopi di rumah kopi. Rully mengatakan setelah kerusuhan di kota Ambon, banyak aktifis yang bertemu untuk berdiskusi di rumah kopi.

Rumah kopi juga menjadi ajang mempertemukan pihak-pihak yang bertikai. Mereka kemudian saling berbicara dan mencari solusi, dan mendamaikan banyak kalangan. Kini, tak hanya para aktifis, perempuan, dan para orang tua juga kerap datang sambil membawa anak-anak mereka. Padahal dulu rumah kopi identik dengan pelanggan pria dewasa dan orang tua.

Walaupun kini sudah banyak berdiri rumah kopi lain di kota Ambon, Ruly tetap lebih suka datang ke Rumah Kopi Joas. Rasa kopi yang disajikan, menurut dia, berbeda dengan di rumah kopi lain. “Harganya juga kaki lima. Suasananya enak, orang-orangnya ramah. Makanya jadi tempat nongkrong. Orang yang ke sini juga biasanya mencari suasana,” kata Rully.

Daftar harga:
Satu cangkir kopi susu: Rp 8000,00
Satu porsi kasbi: Rp 20.000,00
Satu porsi pisang goreng: Rp 20.000,00
Kue-kue: Rp 3000,00

KARTIKA CANDRA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kopi Dingin atau Panas, Mana Lebih Baik Manfaatnya?

15 Juli 2018

Secangkir kopi bersama filosofinya di Kafe and Bakery Soulbytes, Seminyak, Bali. (Foto: Instagram @soulbytesbali)
Kopi Dingin atau Panas, Mana Lebih Baik Manfaatnya?

Anda lebih suka minum kopi dalam keadaan panas atau dingin? Simak perbedaan manfaatnya.


Saatnya Merayakan Kopi

24 Maret 2018

ilustrasi kopi (pixabay.com)
Saatnya Merayakan Kopi

KOPI Nusantara telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri.


Minum Kopi Bikin Panjang Umur: Mitos atau Fakta? Simak Riset Ini

12 Desember 2017

Ilustrasi pria  minum kopi. fadquip.com
Minum Kopi Bikin Panjang Umur: Mitos atau Fakta? Simak Riset Ini

Minum kopi merupakan ritual wajib bagi beberapa orang.


Hari Kopi Dunia, Sudah Tahu Kopi dari Lepehan Kera?

30 September 2017

Ilustrasi kopi. shutterstock.com
Hari Kopi Dunia, Sudah Tahu Kopi dari Lepehan Kera?

Tidak hanya kopi luwak yang biji kopinya sempat dicerna luwak. Toratima pun salah satu kopi yang sempat dicerna mamalia seperti kera.


Hari Kopi Sedunia, Ini Perbedaan Kopi Robusta dan Arabika

29 September 2017

Menu Arabika Bali di Kopirock. John Arif
Hari Kopi Sedunia, Ini Perbedaan Kopi Robusta dan Arabika

Ini adalah perbedaan kopi robusta dan arabika


Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

29 September 2017

Biji kopi yang usai dipanes, dicuci di
Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

Hari Kopi Sedunia sangat sayang dilewatkan tanpa belajar seluk-beluk perkopian, termasuk meroasting.


Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

29 September 2017

Biji kopi yang usai dipanes, dicuci di
Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

Hari Kopi Sedunia sangat sayang dilewatkan tanpa belajar seluk-beluk perkopian, termasuk meroasting.


Hari Kopi Sedunia, Apa Saja Cita Rasa Kopi?

29 September 2017

Kopi Indonesia dari berbagai daerah di First Crack Coffee Sunter. TEMPO | Astari Pinasthika Sarosa
Hari Kopi Sedunia, Apa Saja Cita Rasa Kopi?

Kebanyakan orang menilai kopi hanya dengan ?enak, pahit, mantap?. Padahal masih banyak cita rasa yang ditawarkan berbagai jenis kopi di Indonesia.


4 Langkah agar Kopi Tubruk Mencapai Taraf Nikmat Maksimal

10 September 2017

Ilustrasi kopi. TEMPO/Nita Dian
4 Langkah agar Kopi Tubruk Mencapai Taraf Nikmat Maksimal

Tip Trainer dari Barista Indonesia Coffee Academy dan Sekretaris Bidang Pelatihan dan Bisnis Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia.


Setelah 20 Menit dari Seduhan, Rasa Kopi Tubruk akan Berubah

10 September 2017

TEMPO/Sudaryono
Setelah 20 Menit dari Seduhan, Rasa Kopi Tubruk akan Berubah

Kopi yang sudah dingin, ekstrasi kafeinnya akan semakin banyak keluar.