TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan dolar akibat kenaikan jumlah lapangan kerja terbaru di Amerika Serikat (nonfarm payroll) secara signifikan membuat kurs rupiah kembali melemah tajam. Pada penutupan perdagangan Senin, 8 Desember 2014, rupiah kembali melorot. (Baca: BI: Gara-gara BBM, Inflasi Meleset dari Target)
Rupiah merosot 90,5 poin (0,74 persen) ke level 12.389,5 per dolar. Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan dolar tengah berada dalam tren penguatan setelah jumlah tenaga kerja Amerika pada data November bertambah menjadi 321 ribu. Daya pikat dolar yang semakin menarik membuat investor semakin optimistis untuk mengoleksi mata uang greenback tersebut. “Data tenaga kerja menambah kuat minat investor terhadap dolar,” katanya kepada Tempo.
Selain sentimen asing, Rangga mengatakan, pelemahan rupiah juga dipicu oleh sentimen negatif dari isu cadangan devisa dalam negeri akhir November. Bank Indonesia melaporkan, cadangan devisa berkurang menjadi US$ 111,14 miliar. Investor yang cemas akhirnya enggan memegang rupiah dalam waktu yang lama. (Baca: Rupiah Melemah, Indeks Saham Cenderung Lesu)
Akibatnya, Rangga memperkirakan rupiah masih akan cenderung tertekan. Pada Selasa, 9 Desember 204, rupiah diperkirakan bergerak dalam kisaran level 12.300 – 12.375 per dolar. Menurut Rangga, peningkatan surplus neraca perdagangan Cina pada November menjadi US$ 54 miliar membangun ekspektasi negatif pada prospek ekspor Indonesia.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Jokowi Tolak Sahkan Golkar Kubu Ical dan Agung
Christine Hakim: Ibarat di Film, Ahok Peran Utama
Golkar Hengkang dari Koalisi Prabowo