TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan ekonomi Indonesia tahun 2015 diperkirakan tumbuh antara 5,4 sampai 5,8 persen. Dengan syarat program reformasi struktural harus dijalankan lebih kuat. (Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menurun)
"Indonesia juga harus memperkuat fundamental ekonomi agar tidak mengalami tekanan akibat penguatan ekonomi di Amerika," kata Agus, usai serah terima jabatan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, di Hotel Grand Clarion, Senin, 8 Desember 2014.
Agus mengatakan fundamental ekonomi ini tercermin dari inflasi yang terkendali dan transaksi berjalan tidak menunjukkan kelemahan. Untuk Indonesia, langkah perbaikan ini sudah mulai terlihat, tapi tingkat defisit transaksi berjalan di tahun 2014 masih di kisaran 3 persen dari GDP. (Kadin: Pertumbuhan Ekonomi Bisa 7 Persen)
Bahkan di kuartal 2 tahun 2015, defisit masih meningkat 4 persen dari GDP. Sehingga Indonesia perlu memberikan dukungan pada kegiatan ekspor dan mencegah impor yang tidak perlu. "Khususnya impor yang sifatnya konsumtif," katanya.
Secara umum, kata Agus, apabila reformasi struktural bisa terus dijalankan, maka Indonesia tidak perlu mengalami kondisi pelemahan nilai tukar ataupun peningkatan tingkat suku bunga. Kami berharap ekonomi Amerika membaik agar harga komoditi tidak turun. Sehingga berdampak kepada kondisi Indonesia yang lebih baik. "Jika reformasi struktural berjalan lebih kuat, saya optimis ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 5,8 persen," kata Agus. (Ekonomi Indonesia Menapaki Jalan Bergelombang)
Dia mengatakan Bank Indonesia memang menaikkan suku bunga acuan, tapi tidak menaikkan tingkat bunga deposit facility. Pesannya adalah agar perbankan tidak menyimpan dana di bank sentral. Kondisi ini akan menjaga perbankan tetap liquid. "Kami sudah berkomunikasi bahwa Indonesia perlu mempersiapkan diri untuk kondisi yang lebih menantang, sehingga perlu menaikkan suku bunga," kata Agus.
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu'mang mengatakan Sulawesi Selatan sudah berusaha agar terus menekan inflasi. Caranya dengan membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di seluruh kabupaten dan kota. "Sehingga inflasi Sulawesi Selatan selalu di bawah nasional," kata Agus.
Dia mengatakan Sulawesi Selatan juga terus menjaga transaksi berjalan sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 8,23 persen selama tahun 2014. Tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5 persen. "Ini semua berkat kerja sama lembaga keuangan dan pemerintahan dalam menjaga hubungan baik di Sulawesi Selatan," kata Agus.
Menurut Agus, tantangan yang harus dihadapi pada tahun depan adalah masuknya era masyarakat ekonomi Asean. Sehingga dibutuhkan tenaga yang terampil. Karena tahun depan semua produk barang dan jasa sudah bebas masuk. "Hanya daerah yang siap yang bisa bersaing dengan negara lain," kata Agus.
MUHAMMAD YUNUS
Baca berita lainnya:
Jokowi Tolak Sahkan Golkar Kubu Ical dan Agung
Christine Hakim: Ibarat di Film, Ahok Peran Utama
Golkar Hengkang dari Koalisi Prabowo
Munas Golkar di Ancol, Kubu Ical: Hentikan!
Faisal Basri Segera 'Telanjangi' Petral