TEMPO.CO, Jakarta - Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah terus melemah hingga 2015. Direktur Eksekutif Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga menjadi faktor paling kuat menekan kurs rupiah.
"Rupiah bisa melemah dari Rp 12.300 hingga 12.600 per dolar AS," ujarnya, Rabu, 10 Desember 2014. (Baca: Rupiah Anjlok, BI: Mata Uang Lain Lebih Parah)
Kekhawatiran pelemahan kurs rupiah, tutur Hendri, berawal dari perkiraan tumbuhnya perekonomian Amerika pada 2015 sekitar 3,3 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi tahun ini yang berkisar pada level 2,2 persen. (Baca: Rupiah Jeblok, Agus Marto Minta Semua Pihak Tenang)
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Amerika memunculkan kekhawatiran akan tersendatnya pertumbuhan ekonomi, terutama di negara berkembang. Hendri menuturkan kekhawatiran itu diperparah dengan rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan pada paruh kedua 2015. Akibatnya, pasar memberikan respons berlebihan dengan cara memborong dolar, sehingga kursnya semakin menguat.
Dari dalam negeri, kata Hendri, rupiah akan tertekan oleh inflasi pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Untuk itu, ujar dia, investor berharap ada stabilitas politik untuk menjaga sentimen di pasar modal dan investasi jangka panjang. "Itu bisa mempengaruhi besarnya tekanan pada pelemahan rupiah," tuturnya.
NURIMANJAYABUANA
Berita Terpopuler:
Akhirnya Ical Mendukung Perpu Pilkada Langsung
Gubernur FPI Akhirnya Punya Kantor, Dimana?
Gerindra: Kami Harus Lebih Hati-hati dengan SBY