TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said menyebut sektor energi sangat repot. Karena itu, banyak hal yang perlu dibenahi. "Banyak masalah yang dihadapi. Kita menuju krisis energi, seperti shortage listrik dan BBM yang mengandalkan impor," katanya dalam acara Tempo Economic Briefing di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu, 10 Desember 2014. (Baca: Cara Menteri Sudirman Benahi Sektor Energi)
Menurut Sudirman, ukuran kinerja Kementerian Energi adalah pembangunan pondasi ketahanan energi dan menahan laju penurunan cadangan minyak. "Dari sisi hilir, kita harus tingkatkan keamanan sistem. Kita juga akan bangun kilang," tuturnya. (Baca: Petral Bubar, Menteri ESDM: Kalau Grasa-grusu Bisa)
Di bidang kelistrikan, kata dia, pemerintah merencanakan pembangunan pembangkit listrik sebesar 35 ribu megawatt. Rencana ini menjadi tantangan bagi PT PLN (Persero). "Sebetulnya, situasi listrik kita itu sudah wajar dikatakan krisis, karena cadangan yang tersisa sangat tipis. Jawa hanya 20 persen. Sumatera dan Kalimantan kurang dari 10 persen," ujarnya.
Sudirman berjanji akan memangkas perizinan di sektor energi, bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). "Nantinya, perizinan yang bertahun-tahun selama ini dilakukan akan dipangkas, lebih diutamakan pemain yang besar," tuturnya.
Soal reformasi, Sudirman menyebut tiga hal yang harus dilakukan. Dia akan melakukan pembenahan struktur, budaya, dan sumber daya manusia. "Kalau mau cepat, pilih orang yang tepat, hingga bisa sekaligus membenahi semuanya," katanya.
PINGIT ARIA
Terpopuler:
Terungkap, Rencana Transaksi Petral dan Sonangol
Direksi Baru Pertamina Tinggalkan Petral
Melongok Harta Puluhan Miliar Calon Dirjen Pajak
Diserang Tim Migas, Pertamina Menyentil Balik