TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan Hari Hak Asasi Manusia, 10 Desember, diramaikan dengan pemutaran film Senyap atau The Look of Silence. Film tersebut diputar serentak di seluruh Indonesia.
Pemutaran dilakukan di 457 titik, yang 160 di antaranya merupakan pemutaran terbuka dari Aceh sampai Papua, seperti Banda Aceh, Padang, Pekanbaru, Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bekasi, Bandung, Cianjur, Yogyakarta, Purwokerto, Solo, Semarang, Kediri, Malang, Jember, Makassar, Palu, Manado, Pontianak, Balikpapan, Samarinda, Jayapura, dan Wamena. Pemutaran tersebut dilakukan oleh berbagai lembaga jaringan Komisi Nasional Hak Asasi dan lembaga-lembaga lain yang punya kepedulian terhadap hak asasi. “Permintaan pemutaran terus masuk,” ujar seorang anggota tim pemutaran Senyap yang enggan disebutkan namanya.
Tim produksi Senyap di Indonesia menjelaskan, dibandingkan dengan film Jagal (The Act of Killing), jumlah penonton Senyap bisa dibilang luar biasa pada hari pertama acara Indonesia Menonton Senyap. Pada sekitar 10 Desember 2012, Jagal diputar di 51 titik di berbagai kota dan hanya kurang dari sepuluh di antaranya yang dilakukan secara terbuka. Namun begitu, selama dua tahun peredarannya, Jagal telah diputar sekitar 500 kali. Hal tersebut seperti membuka jalan dan jaringan pengelola pemutaran film bagi film Senyap.
Senyap menceritakan salah satu anggota keluarga penyintas yang menemui para pelaku genosida di Indonesia. Adi Rukun, adik bungsu korban, bertekad memecah belenggu kesenyapan dengan mendatangi para pembunuh kakaknya untuk menapaki jalan rekonsiliasi.
Co-director anonymous film tersebut berterima kasih atas upaya pemutaran serentak di Indonesia. “Ini juga upaya kami untuk membantu sebuah proses rekonsiliasi yang telah 50 tahun terlambat dimulai,” ujarnya.
DIAN YULIASTUTI