TEMPO.CO, Malang - Soultan Alif Allende masih sering bertemu dengan ayahnya, aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib, dalam mimpi. Munir dibunuh pada 7 September 2004 dalam penerbangan menuju Belanda ketika akan melanjutkan studi hukum di Utrecht Universiteit. (Baca: Munir ke Belanda demi Alif)
"Saya bertemu Abah, dan saya panggil, ‘Abah… Abah…’ Ternyata itu mimpi,” kata Alif, 16 tahun, saat berbincang dengan Tempo di Malang, Jawa Timur, akhir Oktober lalu.
Alif mengatakan membutuhkan waktu setahun untuk menerima kenyataan bahwa ayahnya yang ia antar ke Bandar Udara Soekarno-Hatta pada 6 September 2004 malam telah tiada. “Setelah itu, dunia rasanya berubah,” katanya. (Baca: Panggil Arwah Munir, Paranormal Ini Mau Bantu Jokowi)
“Apa yang berubah, Dik?” Suciwati, ibunya yang sedang diwawancarai, bertanya.
“Semua. Semua berubah,” kata Alif tanpa melanjutkan penjelasannya.
Menurut Suciwati, agak berat bagi Alif untuk menerima kepergian ayahnya. Anak sulungnya itu kerap marah tiba-tiba, terutama jika melihat tayangan televisi yang menyiarkan kabar seputar kematian Munir. Suatu kali, pada 2005, sepulang sekolah ia berteriak-teriak. “Aku mau bunuh Pollycarpus, dia bunuh Abah,” kata Suci, menirukan Alif.
Pollycarpus Budihari Priyanto tak lain terpidana 14 tahun penjara kasus pembunuhan Munir. Ia didakwa menaburkan racun arsenik ke minuman Munir saat transit di Bandara Changi, Singapura. Berdasarkan penelusuran Tempo seperti termuat dalam laporan utama pekan ini, "Fakta Baru Pembunuhan Munir", Polly adalah agen Badan Intelijen Negara yang ditugaskan mengeksekusi Direktur Imparsial itu. (Baca: Surat Perintah Eksekusi Munir Terkait Terorisme?)
Suciwati membiarkan anaknya marah. Setelah emosi itu reda, ia memeluknya. Juga adik Alif, Diva Suukyi Larasati, yang kini enam tahun. Bertiga mereka sering menangis dan saling menguatkan ketika mengingat Munir, yang berulang tahun ke-49 pada 8 Desember lalu.
Baca selengkapnya di Majalah Tempo Edisi 8-13 Desember 2014
TIM TEMPO
Berita terkait
Munir Dibunuh karena Sejumlah Motif, Apa Saja?
Kasus Munir, Pollycarpus Disebut Berdarah Dingin
Kasus Munir, Muchdi Bebas karena Surat Palsu?
Soal Munir, TPF Sudah Curigai Hendropriyono