TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Railink M.N. Fadhila menargetkan kereta rel listrik (KRL) Bandar Udara Soekarno-Hatta sudah bisa beroperasi mulai pertengahan 2016. Untuk memenuhi target itu, Railink sudah memesan sepuluh KRL--masing-masing enam gerbong--dari konsorsium PT Industri Kereta Api Indonesia (PT INKA)-Bombardier.
"Pada bulan ke-16 nanti (sekitar April 2016), satu prototipenya harus dikirim dan akan kami evaluasi. Kalau layak, baru yang lain kami datangkan semua," kata Fadhila di kantor Jakarta Railway Center, Jakarta, Jumat, 12 Desember 2014. (Baca: Proyek Kereta Bandara, 400 Tiang Pancang Dibangun)
Pagi tadi, perusahaan patungan antara PT Kereta Api Indonesia dan PT Angkasa Pura II itu menandatangani kontrak pembelian sepuluh KRL dengan konsorsium PT INKA-Bombardier Inc senilai US$ 71 juta. Sepuluh KRL itu rencananya rampung diproduksi pada pertengahan 2016 atau 18 bulan sejak kontrak ditandatangani.
Menurut Fadhila, dengan sepuluh KRL, frekuensi perjalanan KRL Bandara Soetta diprediksi mencapai 122 perjalanan setiap hari. Masing-masing 61 kali dari Stasiun Manggarai dan 61 kali dari Stasiun Bandara Soetta. "Kontraknya ini termasuk perawatan KRL selama dua tahun dari INKA-Bombardier," ujar Fadhila. (Baca: Jokowi Janji Bangun Jalur Kereta di Papua)
Direktur Utama PT INKA Agus Purnomo menuturkan INKA memegang 70 persen saham konsorsium pemasok KRL tersebut. Sedangkan sisanya dipegang Bombardier Inc, produsen kereta asal Kanada. Kendati tak memegang saham mayoritas, Bombardier menjadi pemimpin proyek. "Desainnya dilakukan bareng-bareng. Tapi, karena Bombardier punya pengalaman di dunia, dia leader-nya," kata Agus.
KHAIRUL ANAM
Berita Terpopuler
Pemred Jakarta Post Jadi Tersangka Penistaan Agama
Jay Subiakto Kecewa pada Jokowi, Untung Ada Susi
Bertemu, SBY Nasihati Prabowo