TEMPO.CO, Lima - Perdebatan sengit antara Cina dan Amerika Serikat terjadi dalam Konferensi Para Pihak atau United Nations Framework Convention on Climate Change ke-20 dan Kyoto Protokol ke-10 di Pentagonito, San Borja, Lima, Peru, pada 1-13 Desember 2014. (Baca: Isu Lingkungan Maritim Dibahas di Konferensi Peru)
Dua negara industri penghasil emisi terbesar tersebut saling berdebat ihwal siapa yang paling bertanggung jawab atas dampak perubahan iklim. Dua negara itu telah mengumumkan janji menurunkan emisi gas karbon dioksida. Amerika Serikat berjanji menurunkan emisi antara 26 dan 28 persen pada 2025 dan 80 persen tahun 2050.
Sedangkan Cina berjanji menurunkan puncak emisi gas karbon dioksida pada 2030. Negeri Tirai Bambu juga berjanji menggunakan energi terbarukan yang lebih efisien. (Baca: Perdebatan Emisi di Konferensi Perubahan Iklim)
Sekretaris Eksekutif UNFCCC Cristiana Figueres mengatakan pengumuman dua negara tersebut krusial sebagai jalan menuju masa depan kehidupan manusia yang lebih baik. “Memerangi perubahan iklim tidak cukup hanya lima atau sepuluh tahun. Namun itu perlu komitmen panjang untuk menjaga supaya suhu global permukaan bumi tidak lebih dari 2 derajat Celcius,” ujarnya. (Baca: Tari Indonesia Buka Konferensi Iklim di Lima, Peru)
Aliansi Uni Eropa juga menyatakan hal itu merupakan tanda langkah positif merespons tantangan perubahan iklim sebagai akibat pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, pengumuman dua negara itu menjadi momentum menuju kesepakatan iklim dunia yang akan digelar di Paris, Prancis, pada akhir 2015.
SHINTA MAHARANI (LIMA, PERU)
Baca berita lainnya:
Jokowi Ancam Pencuri Ikan, Ini Respons Thailand
Jokowi: Investor Besar Korea Antre ke Indonesia
Harga Minyak Turun, Harga BBM Bakal Direvisi
Islah Golkar, Apa Tawaran Kubu Agung Laksono?